SBU-64

37 14 7
                                    

Jika kubayangkan satu bintang
Maka yang terbayang hanyalah kamu
Jika kubayangkan seribu bintang
Maka yang terbayang hanya sedikit dari kebaikan hatimu.
-Something Between Us










Jika memang kau tercipta
Hanya untukku
Untukmu, seluruh nafas ini.....












Segitu aja guys nyanyinya
Lebar and cape ngetik

🙆 : Halah! Bilang aja ga hapal lirik!
🙇 : Emang. Kenapa? Masalah buat lo?
🙆 : Kagak. Galak amat kaya Starlla
Starlla : Gue denger yah
🙇 : Mampus. Maraahin tu Star!
Starlla : Lo juga! Mau up aja bacot mulu
🙆 : mampus! HAHAHA.
Starlla : bisa nggak sih kalian lanjutin yang bener.
Syahla : udah-udah kasian
Almira : 😅😅😅
Starlla : tawa lu kebo!
Almira : Ibadah
🙇 : malah gw yg dikacangin :v
🙆 : Sabarin aja.
Syahla : Ini author kapan beneran up nya?
Reina : kenapa? Up apa? Ibadah apa? Ada kebo dimana?











🙆 : Vote yah! Happy Reading!

***

Sweater rajut merah maroon faforitnya. Entah kenapa seperti janjian, orang di depannya juga memakai hoodie yang berwarna sama. Merah maroon. Almira sangat gugup sekarang. Besok. Besok adalah hari rabu. Dimana keputusan atas masalah yang menimpanya akan diumumkan agar tidak lagi terjadi keributan di sekolah. Dan hari ini, tepatnya malam ini. Langit mengajaknya untuk sekadar jalan saja. Ia tidak mengatakan apapun tentang keputusan yang diambilnya. Almira pun tidak berani menanyakannya kepada Langit.

"Mau ke taman hiburan biasa?" Tanya Langit dingin. Almira menatapnya lekat. Sama seperti Langit.

"Terserah." Jawab Almira merapikan rambutnya. Menaiki motor Langit. Tanpa berkata apapun lagi, Langit menjalankan motornya menuju tempat hiburan yang biasa mereka kunjungi.

"Mau naik itu?" Tanya Langit menunjuk bianglala saat mereka sudah sampai disana. Almira menatap antrean yang seperti biasa. Amat sangat panjang. Terlebih hari ini, Langit mengajaknya keluar jam 7 malam.

"Nanti waktu kita habis cuman buat ngantre." Jawab Almira mencetak kalimat yang biasa Langit katakan.

"Mau naik itu?" Langit menunjuk kora-kora. Almira menggeleng. Ia tahu jika sebenarnya Langit tidak menyukai wahana itu. Dikarenakan, yang menaikinya pasti teriak-teriak minta ampun. Dan setau Almira, Langit membenci suara kebisingan dan teriakan yang tidak jelas.

"Mau boneka lagi?" Tawar Langit. Almira menggeleng cepat. Boneka yang dibelikan Langit saat itu sudah cukup membuatnya diintrogasi habis-habisan oleh papahnya. Dan dengan terpaksa, Almira harus berkata jujur perihal hubungannya kepada papahnya itu.

Langit diam. Ia tidak menawari Almira apa-apa lagi. Ia hanya menggenggam tangan Almira dan menariknya berkeliling taman hiburan. Cukup membuat keduanya nyaman walaupun tanpa obrolan. Masing-masing diantara mereka tengah memikirkan hal yang sama. Keputusan.

Genggaman tangan Langit masih hangat seperti dulu. Almira cukup gugup karena semenjak berpacaran, jarang-jarang ia berpegangan tangan seperti ini. Meskipun ini juga merupakan impian Almira. Bisa jalan dengan Langit dengan suasana romantis. Dan hari ini, ia merasakannya. Terlebih, warna busana keduanya yang sama, menarik perhatian beberapa orang yang dilewatinya. Mereka berdua terlihat begitu serasi.

"Lo mau makan?" Langit membuka obrolan kembali.

"Gue udah makan. Tapi kalo lo mau makan ya ayo aja. Gue temenin!" Jawab Almira. Langit mengangguk sambil menarik Almira menuju parkiran.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang