Assalamualaikum bep sobatku
Apa kabrar?
Kabar maksudnya :)Masih stay kan?
Engga juga gpp, saya sebagai author menyadarinya 😌***
"Almira anjay!" Mulut berbibir tipis pink itu dibekap kuat oleh seorang Starlla. Persetan tangannya habis memegang tong sampahkah, persetan pula dengan mulut siapa yang ia bekap, Starlla benar-benae tidak peduli.
Reina menggosok mulutnya setelah Starlla mengangkat tangannya dari sana. Ia menatap Starlla kesal. Sementara dua teman lainnya, Almira dan Syahla hanya menahan tawa. Namun tetap waspada.
Mereka berempat sudah seperti dektektif sekarang. Dengan hoodie berwarna hitam beserta tudung yang di pakai, menutupi kepala mereka, juga masker yang sama-sama berwarna hitam menutupi sebagian wajah mereka. Tak lupa kacamata hitam yang seutuhnya menutupi identitas asli mereka.
Mungkin, jika dibandingkan dengan dektektif, mereka lebih mirip sekumpulan pelawak quartet.
"Rei, plis mulut lo tahan dulu kalo mau ngomong!" Bisik Almira pelan. Reina mengangguk kikuk. Ia terlalu terkejut dengan apa yang matanya tangkap barusan.
Tentu saja, mereka melihat Fadil beserta rekan-main-satu-band nya tengah berkumpul bersama. Dengan bingkisan narkoba yang sangat jelas terlihat. Juga botol-botol asing yang jika dilihat saja, bisa disimpulkan.
Rencana mereka mengikuti Fadil berhasil. Dan benar saja, mereka menemukan hal yang selama ini dicari.
"Gue nggak nyangka." Bisik Syahla lirih. Matanya menerawang jauh, menatap Fadil yanh tengah bergurau dengan kawan-kawannga itu.
"Gue juga sama kagetnya sama lo Syah. Lo kuat ko. Lo kuat." Bisik Almira tak kalah lirih.
Starlla menggeser duduknya sedikit. Ia tidak nyaman dengan tempat itu. Diskotik yang tersembunyi di komplek yang cukup sepi. Ini cukup menakutkan. Belum lagi bau alkohol yang menyerebak juga bau keringat aneh menjadi satu disini.
"Lo udah ambil fotonya Rein?" Tanya Almira. Reina mengeluarkan handphone bercash pink dari saku hoodienya, sambil mengarahkan jempol. "Ini mau!" Ucapnya.
"Yaudah cepetan. Gue pengen pulang!" Seru Starlla. Reina mengarahkan kamera handphonenya pada meja yang ditempati Fadil.
5-4-3
Sial! Reina memasang timer di kameranya itu. Membuat Starlla menahan emosi seketika.
2-1
Klik! Oke. Ada dua satu kabar baik dan satu kabar buruk.
Kabar baiknya, Reina berhasil mendapatkan foto mereka. Dan tugasnya sebentar lagi akan segera berakhir.
Kabar buruknya. Reina lupa mematikan flash di handphonenya itu. Ingin sekali rasanya Starlla memakinya saat itu juga, namun pergi dari tempat itu secepatnya lebih penting. Karena sekarang, satu detik setelah gambar itu diambil, Fadil beserta teman-temannya itu menatap kearah mereka.
Almira berdiri. Sial sial sial. Bodoh sekali karena ia malah menyuruh Reina menjadi pubdok dalam misi sepenting ini. Syahla memegang keningnya yang tertutup dahi, menatap Starlla ketakutan.
Sementara Reina. Masih mematung di tempat.
"Kabur bego! Kabur!" Seru Starlla. Disusul oleh Almira dan Syahla yang akhirnya berlari keluar ruangan. Tangan Starlla menarik kasar tudung hoodie Reina untuk ikut berlari juga. Bodo amat yang ditariknya bernotebone sahabatnya, Starlla kehilangan kesabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Between Us (On Going)
JugendliteraturKuberitahu kamu satu ya. Orang akan mengatakan cerita atau tokoh disini sedikit "menye-menye". Ya. Ini hanyalah kisah "menye-menye" beralaskan drama.Terlebih aku pastikan kamu, akan bosan oleh sesuatu didalamnya. Bahkan bingung, karena bukan hanya a...