SBU 102

7 4 3
                                    

Ommmmmmoooo
Jangan lupa vote!!






















***

Hari silih berganti. Perlahan-lahan yang tiap detiknya berharga ditinggalkan. Hingga menuju lembaran minggu, lalu bulan.

Semuanya saling menguatkan. Saling menyembuhkan satu sama lain. Kepergian Fadil membuat semuanya berubah.

Dari Sakti. Yang awalnya keras sekeras batu. Ia mulai melembut. Meski memang kesedihan menjalarinya dan terus mengganggunya berhari-hari, namun perlahan ia kuat. Sakti mulai mencintai hidupnya. Membuat banyak plan dan tujuan agar hidupnya sedikit lebih berguna.

Ia juga menyaksikan sendiri John Hotta. Orang yang pernah menyapanya sebagai anak di makamkan di kuburan khusus narapidana. Manusia itu dihukum mati. Tidak ada yang bisa Sakti rasakan. Tidak sedih juga bahagia. Hal yang menjadi luka terbesar di hidupnya hilang. Meskipun memang dengan jelas, ia kembali menanggung luka batin. Tapi ia punya teman. Ia punya banyak teman di sampingnya, seperti Alfa.

Begitu pula Alfa. Ia tidak lagi takut untuk tertidur. Ia tidak takut bermimpi. Karena di setiap mimpinya, ia bertemu Fadil. Pertemanannya dengan Sakti makin kuat. Mereka saling menguatkan satu sama lain. Juga menyembuhkan.

Lalu Syahla, satu minggu lamanya ia enggan menginjakkan kaki keluar rumah. Namun hari ini, ia kembali menyapa dunia dengan senyumannya. Setelah mimpi di padang ilalang itu, Syahla perlahan bisa tersenyum lagi.

Ia, Almira, Reina, Starlla, Alfa, Sakti, Alvin, dan semua teman-teman Sakti berkumpul di satu tempat yang sama. Hari ini peringatan empat puluh harian Fadil. Tentu, setelah melakukan pengajian, mereka memilih untuk berbincang ringan sebentar. Saling mengutarakan.

"Sakti." Panggilan itu membuat Sakti yang tengah berdiri. Menatap pemakaman dari celah saung tempat mereka berkumpul, berbalik. Ada Almira disana. Ia nampak berjalan mendekat. Menyamakan posisinya.

Selain empat puluh hari lamanya Fadil pergi, ini juga empat puluh hari lamanya ia dan Almira saling mendiamkan. Walaupun kata putus memang sempat terucap, namun bukan berarti Almira menerimanya. Bukan berarti juga foto Almira hilang dari dompet Sakti, bukan berarti pula foto Sakti dan Almira lenyap dari pajangan di meja belajar Almira. Mereka hanya membutuhkan jeda sebentar. Hingga akhirnya bertemu untuk saling berbicara.

"Gue...mau ngomong." Sakti tersenyum. Mempersilahkan Almira untuk membuka mulutnya.

"Jujur aja. Selama ini gue nggak semudah itu anggap hubungan kita bener-bener udahan. Gue nggak terima keputusan yang lo bikin waktu itu. Tapi gue tetap nyerahin sama lo. Gue hanya pengin memperjelas semuanya aja." Ucap Almira. Wajahnya nampak sumringah karena beban pikirannya selama ini perlahan menghilang.

"Lo itu cewek baik Mir. Makanya gue suka. Cuman kayanya nggak baik aja kalo orang kaya gue bisa dapetin lo." Jawab Sakti tegar. Almira menoleh bingung.

"Gue nggak sebaik yang lo pikirkan. Lo tau? Sebelumnya, gue sempet deketin lo karena terpaksa."

Sakti mengangguk. Membuat Almira semakin menatapnya tidak percaya. "Gue tau." Jawab Sakti jelas. "Gue tau semuanya. Lo mau cari dalang dibalik narkoba waktu itu kan? Yang awalnya temen-temen lo curiga sama gue. Terus minta lo deketin gue. Tapi ternyata yang kepergok si Fian kan?" Almira mengangguk bingung.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang