SBU-56

43 13 1
                                    

Nggak berquot dulu yah
Lagi males hehe













Vote.
Ayolah, hargai seorang penulis dengan votenya. Apa susahnya sih? Cuman mencet gambar bintang di pojok bawah doang kan?
Nggak buang2 energi kan?
Nggak nyampe keluar biaya kan?


















Asdfghjkl😜

***

Hening. Keadaan rooftop benar-benar hening. Menenangkan pikiran Starlla yang sempat panas tadi. Apalagi kala mendengar Alfa sakit hati karenanya dan berniat menghancurkan organisasi yang sudah menjadi bagian dari hidupnya itu. Sakit tentu saja. Siapa yang tidak sakit hatinya kala dibilang pembohong karena kesalah pahaman yang Alfa sendiri tidak pernah mau mendengarkannya.

Akhir-akhir ini memang banyak aktivitas yang bisa membuatnya terhibur dan melupakan kata-kata kejam yang Alfa lontarkan. Namun tetap saja, yang namanya sakit hati, ya tetap saja ada. Kalimat itu bahkan selalu terngiang kala Starlla mecoba memejamkan matanya di malam hari.

"Pembelaan lo bagus juga."

Starlla menoleh. Randy tengah berdiri di belakangnya dengan senyum khasnya juga cara berdirinya yang sangat jelas menunjukkan kepribadiannya yang unik. Ya. Bahkan orang seunik Randy yang dibilang sangat berani dalam mendekati Starlla pun masih tidak bisa membuat Starlla melupakan sakit hatinya

"Gue nggak ngebela. Gue cuman ngeluarin apa yang ada di pikiran gue." Jawab Starlla datar. Ia sudah berbalik menatap pemandangan atap-atap rumah sekitaran SMA Bugenfil dan jalan-jalan raya yang terlihat jelas dari sana.

"Apapun yang lo lakuin. Gue suka." Ucap Randy.

"Lo mau kan jadi pacar gue?" Tanya Randy membuat Starlla membelalakan matanya. Randy terlalu to the point. Padahal belum lama mereka mengenal. Ataupun melakukan pendekatan. Starlla akui, Randy memang cukup kreaktif dalam merangkai kata untuknya. Randy juga selalu punya cara tersendiri untuk menghiburnya. Bahkan ia rela menggendongnya saat insiden proposal kala itu. Di sisi lain, Randy juga yang menjadi penyebab topik perdebatan menyakitkannya dengan Alfa.

Starlla memalingkan wajahnya tanpa menjawab. Randy menundukkan kepalanya. Masih menunggu jawaban dari Starlla.

"Gue. Gue nggak bisa terima lo." Jawab Starlla jujur. Randy mendongak.

"Kenapa?" Tanyanya serius.

"Gue belum bisa ngelupain seseorang dan gue nggak mau memperalat lo buat lupain orang itu." Jawab Starlla mantap. Ia memang benar. Ia belum bisa melupakan Alfa. Jahat namanya jika menerima Randy menjadi pacarnya namun hatinya masih untuk Alfa. Apalagi jika memperalat Randy agar bisa melupakan Alfa.

Namun, Randy masih tetap unik. Ia tersenyum manis sambil menarik kedua tangan Starlla di genggamannya.

"Nggak papah. Jadiin gue alat itu. Kalo lo bisa ngelupain orang itu, lo bisa jadi pacar gue selamanya. Kalo lo nggak bisa. Lo boleh putusin gue dan kembali sama orang itu." Jawab Randy. Starlla menahan air matanya. Mengapa orang di depannya ini begitu kekeh menjadikannya pacar?

"Itu namanya jahat. Dan gue nggak suka jadi orang jahat." Balas Starlla dingin. Randy semakin mengeratkan genggamannya.

"Lakuin hal yang lebih jahat lagi. Biar gue bisa benci sama lo dan nggak akan tersakiti saat lo nggak bisa ngelupain orang itu. Jadi pacar gue plis." Mohon Randy. Hati Starlla terenyak. Sebegitu dalam kah perasaan Randy padanya? Hingga rela dijadikan alat untuk melupakan Alfa.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang