SBU 97

7 4 7
                                    

🤨
Author : "Semangat gaiseuhhhh, are you ready to this chapter?"
Langit : "No."
Almira : "No."
Syahla : "Please no."
Abel : "Yes!!! Verry ready!!!"













***

"Dengan ini, saya berjanji akan melaksanakan program kerja saya, dan merealisikan visi misi saya sebagai Ketua OSIS." Riuh tepuk tangan saling menggema. Bersamaan dengan suitan dan sahutan murid-murid Bugenfil di senin pagi yang cukup cerah namun tidak panas.

Langit berdiri tegak. Memberikan lencana kepemimpinannya dan selempang bertuliskan ketua OSIS pada Raphel. Ketua OSIS yang baru.  Hari ini juga, tugasnya sebagai ketua OSIS SMA Bugenfil sudah selesai. Ada rasa haru tersendiri. Ditatapnya Raphel lekat lalu ia memberikan pidato singkat. Di sisi kanannya, sama-sama menatap haru semua anggota OSIS yang tengah memberikan dan menerima jabatan barunya. Almira tersenyum tulus. Kelegaan dan ketidakrelaan bersama-sama menghantui hatinya.

Terlalu banyak kenangan yang bisa ia ambil di organisasi ini.

Riuhan tepuk tangan masih menyertai turunnya Langit dan Almira dari podium khusus pidato. Mereka berjalan dengan tenang. Melepas jabatan penuh rintangannya selama ini.

Baik Langit, Almira, Starlla, Reina, dan seluruh anggota kepengurusan OSIS kini sama bangganya. Telah menyelesaikan tugasnya pada sekolah. Dan kini, mereka harus bersiap menghadapi berbagai macam ujian, tryout, pemantapaan, utbk, dan sebagainya.

"Selamat yaa!" Begitu orang-orang mengapresiasi langkah Almira dan Langit.

Lalu ketika Upacara dibubarkan, entah dorongan darimana Starlla, Reina dan Almira saling berpelukan erat. Anggota lain pun sama. Saling memeluk hingga tangisan pecah begitu saja.

"Thanks buat kinerjanya." Ucap Almira masih dalam pelukan hangatnya dengan Reina dan Starlla.

"Yap, thanks juga. Atas kerja sama kita selama ini."

Dari jauh, senyuman lebar nampak menghiasi wajah Syahla. Ada rasa rindu tersirat disana. Ia juga ingin rasanya ada dalam pelukan itu. Namun tetap saja, ada rasa canggung tersendiri.

"Cepet-cepet kaya dulu lagi. Waktu kalian bareng udah tinggal sebentar lagi loh!" Fitri yang berdiri di sebelah Syahla mengingatkan.

"Gue gampang. Yang penting mereka dulu. " Jawabnya santai. Yang tiba-tiba saja ikut menteskan air mata haru.

***

Almira kelabakan. Tentu. Sudah hampir satu minggu lamanya, ia lost kontak dengan Sakti. Almira akui, semenjak kejadian Langit, ia memang mendiamkan Sakti selama dua harian. Namun kediaman itu berlanjut hingga kini. Rasanya, ia sedikit gengsi untuk kembali menghubungi Sakti. Apalagi melalui Whattsap.

Namun sekarang, dengan pikiran yang sedikit lebih adem, karena tentunya Langit juga sudah dalam keadaan baik-baik saja, Almira mencoba mencari Sakti. Ia ingin meminta maaf dan mendengarkan penjelasan dari Sakti.

Hanya saja, hari ini, semenjak pagi. Almira sama sekali belum melihat tanda-tanda keberadaan Sakti. Bahkan saat di podium tadi, matanya beberapa kali mencuri pandang ke arah barisan kelas Sakti, bahkan jejeran anak-anak yang terlambat. Ia mungkin sibuk menyapu pandangan ke arah lapang hanya untuk menemukan sosok Sakti. Sayangnya nihil.

"Permisi, eh Fadil! Liat Sakti nggak?" Tanya Almira yang nekat mencari Sakti hingga ke kelasnya. Fadil yang tengah sibuk menyalin sesuatu langsung berdiri, menghampiri Almira yang terdiam di ambang pintu kelasnya.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang