SBU 92

7 4 0
                                    

Ciattttt hiyaaaa
Booom!
Duar!
Jreng jreng jrengggggg

Noan sih eh naon siiiii
🤔
Cape euy.
Votenya awokwok.

***

Langit mempercepat laju motornya. Tentu saja, karena perasaan yang sangat tidak nyaman menganggunya. Bukan karena kondisi Ibunya. Namun, karena ia yang merasa diikuti semenjak pergi dari Rumah Sakit.

Sedikit bersyukur karena ia meninggalkan Almira di sekolah,dengan Sakti yang sebentar lagi menjemputnya, namun rasanya, Langit susah bersyukur untuk jalan yang salah ia lewati ini. Jalan yang cukup sempit.

Memilih menepi sebentar, untuk memastikan segerombolan manusia yang sedari tadi di belakangnya tidak mengikutinya, Langit malah dibuat terkejut dengan berhentinya orang-orang itu tak jauh darinya.

Langit memilih maju. Menemui salah seorang diantara mereka.

"Lo ngikutin gue?" Tanya Langit berani. Salah seorang diantara mereka ikut turun dari motor. Tanpa melepas helmnya.

"Gue cuman dapet tugas, buat ngelakuin ini sama lo!" Ucapnya yang tanpa diduga, menonjok perut Langit dengan tangannya. Langit tertegun sebentar. Kemudian mengadah, mencoba melepas helm dari kepala orang tersebut. Orang itu memberontak, membuatnya juga ikut menyerang untuk mempertahankan keselamatan dirinya.

Langit bukan manusia biasa. Siapa yang tau jika ia merupakan anggota eskul beladiri di Sekolah Dasar, dan Menengah O
Pertamanya. Itu sebabnya ia bisa dengan mudah melawan. Atau lebih tepatnya membela diri.

Satu orang berhelm itu terdampar. Langit yang hendak membuka paksa helm dari kepalanya, malah dihajar dari belakang oleh orang berhelm lain. Langit melawan. Tentu saja. Hingga akhirnya satu persatu diantara banyaknya orang-orang yang mengikutinya, ikut menyerang.

***

"Sakti, lo kenapa sih diem aja?" Almira risih. Sakti tidak seperti biasanya. Hal ini membuat Almira berpikir yang tidak-tidak tentang Sakti.

"Gapapa. Cape aja." Jawab Sakti enteng. Almira menghela nafas. Dari wajahnya, Sakti nampak seperti orang yang gelisah. Namun dari cara duduknya. Orang itu terlihat santai dengan kepala yang menyender pada sandaran kursi.

"Galau Ka! Kan tadi liat kaka sama Ka Langit boncengan!" Jawab Fadil cepu. Sakti nampak menunjukkan raut kesalnya pada Fadil. Ingin sekali rasanya ia menjejalkan sesuatu kesana.

"Oooh, lo liat?" Tanya Almira cengo. Sakti mengangguk saja. Sembari membuang muka.

"Sorry gue lupa jelasin. Maksudnya, nyari waktu yang tepat buat jelasinnya. Jadi tadi mamahnya Langit sakit. Terus gue ngotot pengen ikut jenguk ke Rumah Sakit. Makanya kita boncengan. Terus pas lo telfon, gue masih di Rumah Sakit. Tapi tas gue di kelas. Makanya gue mintanya jemput di sekolah." Terang Almira. Sakti yang entah kemana tatapannya mengangguk saja. Terlihat malas dengan ocehan Almira.

"Lo ga dengerin gue ngomong ya? Maaf tadi gue ngangguk aja waktu ko nanya kumpul OSIS. maaf gue udah bohong." Ucap Almira lagi.

"Iyaa. Udah malem, lo mau pulang kapan?" Tanya Sakti melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 18.47. Almira ikut melirik arlojinya. Benar saja, mereka berniat membeli minum di warung tongkrongan Sakti ini. Namun malah berakhir Sakti yang merokok, dan duduk disana hingga beberapa menit.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang