SBU-13

72 17 4
                                    

Melihat tawamu adalah bahagiaku
Mendengar ceritamu adalah kesenanganku
Mengusap air matamu adalah kewajibanku
Melihatmu dengan air mata adalah kelamahanku.

-Ferro Algiano

***

Syahla berjalan ringan ke arah halte bus. Sambil menikmati musik faforitnya dari earphone yang dipasang di telinganya. Ia nampak fres dengan angin yang tertiup menerpa wajahnya. Insiden sepeda beberapa hari yang lalu itu, sudah ia lupakan. Ia hanya berpikir hari itu hanyalah hari sialnya dan tidak akan terjadi lagi kapanpun itu.

Ia melihat sosok berjaket hijau army dengan motif garis merah putih tengah berdiri bersandar di pintu kaca halte bus. Syahla menarik sudur bibirnya mengetahui siapa yang ada disana sekarang. Manusia tercintanya.

Ferro menoleh melihat siapa yang datang dan tersenyum padanya kini. Pas sekali! Batinnya itu adalah saat saat yang ditunggu Ferro selama ini. Dimana ia akan mengobrolkan sesuatu yang menurutnya penting dan cukup berdua untuk membicarakannya. Terlebih di halte, hanya ada mereka berdua.

"Baru pulang?"

"Keliatannya? Lo sendiri ngapain dari tadi disini?"

"Busnya nggak dateng dateng. Minta dihantam baku."

Syahla tertawa mendengar keluhan Ferro yang menurutnta kocak itu.

"Gue...."

"Lo duluan." Ucap Ferro.

Syahla menggigit bibir bawahnya dengan ragu. Ia meremas remas roknya saking teganya suasana itu. Syahla bukan akan mengungkapkan perasaan yang ia miliki pada Ferro. Namun, ia akan mengungkapkan perasaan yang Reina rasakan. Berkorban untuk sahabat tentunya.

Ferro menarik sebelah alisnya ke atas, menunggu jawaban dari Syahla. Ia akan mengungkapkan perasaanya hari ini juga. Ia juga akan bertanya apa sebenarnya yang Syahla rasakan selama ada didekatnya. Ferro hanya ingin memastikan apakah Syahla mempunyai perasaan kepadanya, atau ia hanya mencintai sendiri. Awalnya, hanya dengan menatap mata Syahla, ia sudah tau ada perasaan berbeda yang ada dalam mata itu saat Ferro menatapnya. Setidaknya itu membuat Ferro sedikit percaya diri untuk mengungkapkan perasaanya pada Syahla. Ia sempat dibuat ragu dengan insiden seminggu yang lalu.

Flashback on

Ferro membawa buket bunga anggrek faforit Syahla. Tidak seperti perempuan lainnya memang, jika perempuan lain akan senang dibawakan bunga mawar, maka Syahla lebih memilih bunga anggerek. Ferro tau itu karena mereka bersahabar sejak lama.

Niat Ferro kali itu adalah mengungkapkan perasaan sesungguhnya pada Syahla. Juga memberi tahu kabar penting bahwa tidak sebulan lagi, ia akan pindah ke Jakarta. Syahla akan sedih pastinya. Oleh karena itu, Ferro bermakasud untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan sambil memberitahu kepergiannya dengan pelan pelan.

Namun, begitu menyakitkan saat yang Ferro temukan di tempat sampah depan rumah Syahla ketika ia akan membuang sampah ternyata beberapa diary yang nampaknya beberapa kertasnya sudah sobek. Ferro memungutnya dan membaca beberapa isinya yang masih bisa terbaca. Ia terkejud saat yang ia temukan dalam tulisan itu adalah semua tentang dirinya.

Hati Ferro terasa terkikis saat ia melihat namanya tertulis di buku itu, namun dalam keadaan yang parah. Sobek dan di tempat sampah. Bunga anggrek itu diletakannya asal begitu saja lalu ia melangkahkan kakinya untuk mencoba menegarkan hatinya untuk menerima kenyataan. Ia hanya berpikir jika buku itu penuh sobekan dan posisinya di tempat sampah, dapat disimpulkam bahwa Syahla berusaha melupakannya.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang