SBU-70

33 9 0
                                    

***

"Alfa! Gue mau gantiin uang lo!" Seru Starlla yang masih juga diacuhkan oleh Alfa. Dari hari kemarin, Starlla mencoba mengubunginya untuk mengganti uang servis sepeda dan handphonenya. Namun Alfa malah tidak bisa dihubungi. Starlla bahkan rela berdiri di depan gerbang rumahnya tadi malam hanya untuk menunggu Alfa ke rumahnya. Karena seperti yang dibicarakan ibunya, Alfa sering kesana di malam hari. Namun disaat Starlla memerlukannya, Alfa sama sekali tidak menunjukan wajahnya disana. Manusia itu memang aneh.

Belum lagi, saat Alfa mengambil motornya. Padahal katanya, ada yang mau dibicarakan. Namun ia malah mengambil motornya begitu saja lalu pergi tanpa pamit.

"Alfa! Lo dengerin gue nggak sih?" Seru Starlla. Kali ini, ia tidak lagi mengejar Alfa. Ia sudah lelah berjalan cepat untuk mengejarnya sedari tadi.

"Gue udah bilang waktu itu. Nggak usah digantiin. Gue ikhlas bantuinnya." Jawab Alfa. Starlla mendongakan wajahnya. "Gue nggak mau punya hutang. Lagian waktu itu lo bilangnya nalangin." Ucap Starlla menyodorkan beberapa lembar uang senilai seratus ribu.

"Gue nggak butuh duit lo." Jawab Alfa yang kembali berjalan. Starlla mengumpat kesal dalam hatinya. Namun ia tidak menyerah. Ia masih berusaha mengejar Alfa. Setidaknya kali ini, untuk mengucapkan terimakasih. Karena Starlla belum mengucapkannya juga semenjak kejadian.

"Alfa! Bentar dulu. Gue mau ngomong!" Seru Starlla. Baru saja ia ingin mengatakan terimakasih, handphonenya berdering. Ada panggilan masuk dari Randy. Bertepatan dengan Alfa yang berbalik untuk menghampirinya.

"Halo? Iya. Iya. Jadi, sebentar. Gue em aku ada urusan sebentar. Iyah. Kamu tunggu dulu aja diasana. Aku bentar lagi nyusul." Terdengar logat yang cukup aneh di telinga Alfa saat Starlla menjawab sambungan telepon itu. Itu bukan Starlla. Yang di depannya itu bukanlah Starlla.

Starlla menyimpan kembali handphonenya di dalam saku dan menatap Alfa untuk mengucapkan terimakasih.

"Aku? Kamu?" Alfa melontarkan perkataan itu sambil menaikan alis kanannya. Menatap Starlla aneh.

"Apa masalah lo?" Tanya Starlla jengkel. Ia benci dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Alfa. Terkesan merendahkannya.

"Ngakak aja." Jawab Alfa tertawa garing. Namun Starlla masih menganggap ini serius. Tentu saja meski sebenarnya ia merasa aneh sendiri, namun Randy memintanya sebagai hadiah ulang tahun. Jadi yasudah. Mau tidak mau, Starlla harus bisa melakukannya. Lagipun, lama-lama ia akan terbiasa sendiri.

"Lo lagi ngetawain gue?" Tanya Starlla ketus. Alfa menghentikan tawanya. "Nggak papah. Aneh aja. Sejak kapan lo bucin gini? Pake pelet apa tuh su Randy sampe bikin lo kaya gini?" Jawab Alfa blak-blakan. Starlla menaikan satu alisnya. Menatap Alfa serius walaupun yang ditatap masih menertawakannya.

"Bucin? Pelet? Dulu lo ngatain gue murahan. Jalang. Sekarang lo ngatain gue bucin? Dan lo ngatain pacar gue pake pelet? Mulut lo emang ga bisa dijaga ya?" Jawab Starlla jengkel. Sangat jengkel. Terlebih melihat reaksi Alfa yang masih biasa-biasa saja kala mendapatkan jawaban dari Starlla. Anak itu seolah tidak merasa bersalah sama sekali.

"Ini bukan imej lo tau nggak? Nggak usah konyol gini Star. Nggak pantes, lo itu-"

"Cukup Fa. Gue niatan ngajak lo ngomong buat terimakasih atas pertolongan lo waktu itu. Tapi gue rasa ga perlu. Karna orang kaya lo nggak akan bisa ngehargain seorang perempuan. Gue perlahan pengen perbaiki hubungan kita biar bisa jadi temen yah. Dan perkataan lo barusan udah cukup buktiin kalo lo nggak pantes lagi gue ajak ngomong." Potong Starlla. Ia memicingkan matanya menatap Alfa getir. Sebelum benar-benar pergi, Starlla melemparkan uang yang ada di genggamannya untuk mengganti uang Alfa ke wajah Alfa.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang