Part 64

1.1K 137 30
                                    

"Gak, gue gak mau!!" tolak Dania

"Please kak, gue mau bebas hari ini. Gue kangen banget sama ketenangan gue" melas Anrez

"Anrez.."

"Please.."

Dania terus menolak permintaan bodoh Anrez ini. Dania tahu Anrez butuh tempat pelampiasan tapi bukan alkohol sasaran pelampiasan terbaik untuk menenangkan pikirannya saat ini.

Berjam-jam perdebatan ini terjadi. Anrez memohon padanya bahkan bersujud di kakinya membuat Dania tidak tega dan akhirnya mengizinkan Anrez dengan perasaan tak karuan. Mereka berdua sekarang sudah duduk di depan kamar kost Anrez sambil memegang dua botol bir kaleng. Sedangkan di samping Anrez ada sebuah kantong plastik yang berisi beberapa jenis bir yang sengaja dia beli di minimarket tadi.

"Udah jam 10 malam aja nih.." batin Dania melihat jam tangannya

"Hiks.. hiks.. hiks.."

Dania memalingkan wajahnya mendengar isakan Anrez yang terdengar sangat pilu di telinganya.

"Kenapa lagi, rez? aku kan udah nurutin mau kamu jadi kenapa kamu nangis?jangan nangis. Kamu buat aku sedih kalau kamu nangis" Dania dengan lembut menyeka air mata Anrez

"Aku.. hiks.. aku kangen Titi kak.. hiks.. kangen banget sama dia sampai aku gak tau harus ngapain. Aku.. hiks.. aku kehilangan dia kak, dia pergi.. hiks.. dia bukan Titi yang aku.. hiks.. aku kenal lagi. Kenapa perjalanan.. hiks.. cintaku selalu berakhir mengenaskan sih?!! aku juga mau bahagia. Aku mau bahagia tuhan!!kenapa kau sangat suka membuatku menderita?!! hiks.. apa.. hiks.. apa gak cukup aku hidup mengenaskan selama ini? apalagi yang mau kau ambil dariku? apalagi?!!"

Dania langsung memeluk erat Anrez dan menitikkan air matanya ketika mendengar teriakan disertai isakan pilu yang membuatnya merasa gagal menjadi kakak yang baik bagi adiknya. Dania juga tidak tahu harus bagaimana karena menurutnya dia tidak bisa ikut campur tentang masalah Tiara dan Anrez atau hubungan mereka akan semakin kacau.

"Kenapa.. hiks.. kenapa sesakit ini kak?kenapa? kenapa ketika aku.. hiks.. aku tulus mencintai seseorang, kenapa takdir seolah ingin membuatku menderita terus? apa salahku? apa salahku sampai tuhan sebenci ini padaku?kenapa.. hiks.. kenapa aku gak bisa bahagia seperti orang lain? kenapa tuhan? aku mau bahagia!! aku mau bahagia. Apa sesulit itu bagimu untuk mewujudkan keinginan pemuda cacat mental ini?!! sesulit itukah?!!" Anrez bahkan mencengkram kuat tangan Dania membuat Dania menahan ringisannya

"Masih ada kakak sayang, masih ada kakak. Kakak akan selalu ada untuk kamu, jangan kayak gini dong. Kamu buat kakak sedih tau. Ayo kita bangkit dan perbaiki ini semua, kakak akan selalu bantu kamu apa pun yang kakak bisa lakuin" Dania mencoba memberi semangat pada Anrez

"Kakak tau? disaat aku pergi diam-diam ke Lombok untuk bertemu Tiara ketika kita masih di Bali hari itu, aku lihat dia bersama dengan Randy. Aku gak masalah kak karena aku tau perasaan Tiara saat itu. Aku berusaha menenangkan diriku melihat tangan Randy megang milikku. Kupikir Tiara akan menolaknya, aku salah kak.. untuk kesekian kalinya aku kalah dengan orang lain.. hiks.. tapi ada yang lebih membuat hatiku sesak bahkan sampai sekarang.."

Anrez menghentikan ucapannya lalu menarik napas dan membuangnya secara kasar. Mengingat itu saja membuat Anrez sangat sulit bernapas.

"Apa yang gak gue tau tentang dia? apa yang dia coba tutupi dari gue? gue tau Tiara bukan masalah utama yang terjadi saat ini tapi ada hal lain yang gak bisa dikatakan Anrez pada semua orang" batin Dania mulai curiga

"Apa dek? ngomong sama kakak jangan diem aja" bujuk Dania

"Asisten Tiara yang bernama Gia mengatakan aku pacaran sama Tiara cuman untuk nguasai hartanya.. hiks.. apa aku sehina itu kak? apa.. hiks.. apa aku memang gak pantas buat dia?mengapa mereka selalu jahat padaku?kenapa.. hiks.. kenapa semua orang selalu mengatakan aku tak pantas di samping dia? kenapa kak? apa salahku? mengapa mereka sangat benci keberadaanku di sisi Tiara dan mencoba mengambilnya dariku?"

My Idol (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang