Part 11

1.5K 143 30
                                    

Mereka semua masih menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan tak menentu. Ini sudah 2 jam Anrez berada di dalam tapi lampu hijau belum juga terlihat.

"Apa sih yang mereka buat di dalam sana? rasanya udah lama banget adik gue di dalam!!" Dania berteriak kesal

"Kak tenang, mungkin sebentar lagi bang Anrez akan keluar. Jangan ganggu konsentrasi mereka kak. Control yourself, rest assured he must be strong because he is a great person" lerai Samuel menarik tangan Dania agar kembali duduk

"Sumpah sistem rumah sakit ini kayak keong, gue gak bisa nunggu terlalu lama dek!!"

"Iya aku ngerti perasaan kakak tapi kakak tenang dulu atau lebih baik kakak pulang, ini udah tengah malam kak.."

Dania menatap tajam Samuel lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Nope, kakak akan tetap disini. Kamu jangan larang kakak, nanti kakak jitak palamu" tegas Dania membuat Samuel terdiam dan mengangguk

Semua yang melihat perdebatan kakak beradik ini hanya diam dan tersenyum kecil. Terlihat sekali bahwa persaudaraan mereka sangat erat, Dania yang khawatir pada Anrez sementara Samuel yang berusaha menenangkan kakaknya meski pun hatinya juga sedang risau.

Tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka membuat mereka spontan berdiri. Dania dan Samuel langsung berlari mendekati dokter yang sangat kotor terkena bercak darah Anrez.

"Bagaimana kondisi adik saya, dok? dia baik-baik aja, kan? jawab pertanyaan saya dokter!! don't just stand there, damn it!! jawab pertanyaan saya!!" teriak Dania memegang kerah jas dokter itu

"Kak tenang, jangan gini!!" Samuel berusaha menenangkan Dania

"Kalian tenang saja, pasien berhasil diselamatkan dan peluru yang bersarang di bahunya juga berhasil diambil. Luka tusukan di perutnya juga sudah dijahit tapi ada hal yang harus kalian tau. Punggung pasien sepertinya terkena lemparan balok besar hingga tulang punggungnya sedikit retak. Apa pasien pernah mengalami kecelakaan sebelum ini? saya lihat ada bekas jahitan yang sudah mengering kembali terbuka karena lemparan balok tepat mengenai bekas lukanya itu.." jelas dokter itu membuat mereka semua terhenyak

"Maksud dokter apa? bicara yang jelas, jangan bertele-tele seperti ini.." ucap Tiara yang mulai kesal mendengar ocehan dokter yang menurutnya sangat tidak penting

"Pawang mode on.." batin Farhan berusaha menutupi senyumnya

"Maksud saya, kondisi pasien baik-baik saja tetapi punggungnya kembali mengalami trauma pasca kecelakaan. Pasien harus banyak istirahat dan jangan banyak bergerak dulu. Pasien juga butuh terapi pemulihan untuk punggungnya setelah siuman nanti, maafkan saya jika banyak bicara nona Tiara.." lanjut dokter itu menunduk hormat pada Tiara

"Apa kami bisa menjenguknya?" tanya Tiara tanpa menjawab perkataan sang dokter

"Kalian bisa menjenguknya tapi saya mohon jangan ribut, pasien butuh istirahat. Saya permisi dulu.."

Dokter itu pun pergi meninggalkan mereka semua karena takut melihat tatapan tajam Tiara.

"Seharusnya kamu gak perlu ngeluarin laser ke dokter itu, ti. Dia jadi ketakutan karenamu.." tegur Naimma yang tidak dipedulikan Tiara

"Aku gak suka dia mom, masih muda tapi gak pandai bicara. Percuma dokter kalau gak bisa nerangin apa yang terjadi pada pasiennya, membuatku muak" balas Tiara tajam

Mereka hanya diam dan tersenyum mendengar Tiara berkata seperti itu. Well, bukan Tiara Andini jika tidak kasar kepada orang lain.

Brankar Anrez keluar dari ruang operasi membuat mereka meringis melihat benyaknya perban yang menutupi tubuh Anrez. Tiara mati-matian menahan isak tangisnya melihat keadaan Anrez seperti itu, Tiara juga bingung dengan dirinya tapi melihat mantan kekasihnya terbaring lemah seperti ini membuat hatinya sangat sedih.

My Idol (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang