Rombongan Anrez dan Evan akhirnya tiba di rumah sakit. Tiara langsung membantu Samuel untuk mengeluarkan Anrez dengan mata berkaca-kaca sementara di posisi Evan yang telah pingsan sudah diletakkan di brankar rumah sakit.
"Cepat suster!! kenapa kalian begitu lambat?!! abang saya sedang kritis dan kalian malah berjalan kayak siput?!!" teriak Samuel marah
Tak lama kemudian, beberapa suster pun berlari dengan membawa brankar rumah sakit lalu meletakkan tubuh Anrez yang pucat dengan hati-hati.
Anrez dan Evan masuk ke ruangan pemeriksaan sementara yang lain menunggu dengan perasaan khawatir. Hampir setengah jam mereka berdiri di depan ruangan itu sampai akhirnya suster keluar dengan raut wajah tegang.
"Siapkan ruang operasi!!" teriak suster itu lantang dan berlari meninggalkan mereka semua
"Ada apa ini? kenapa suster pada panik?!!" risau Tiara meremas tangannya sampai memutih
Tak lama kemudian, keluarlah Anrez yang tertidur di ranjang rumah sakit dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Kemeja Anrez terbuka membuat mereka semua meringis melihat luka yang berada di sekujur tubuh Anrez.
"Apa yang terjadi dok? apa yang terjadi dengan abang saya?" tanya Samuel panik
"Begini, pasien terlalu lama dibawa ke rumah sakit membuat luka tusukan dan tembakan semakin melebar dan membuatnya infeksi. Dan juga pasien kehilangan banyak darah, saya juga melihat bekas luka di punggung beliau seperti terkena ledakan besar. Saya harus mengeluarkan peluru di bahu beliau karena jika terlambat, peluru itu akan bersarang dan mungkin tak akan bisa diambil lagi. Untuk pasien yang satu lagi, beliau mengalami geger otak ringan dan patah tulang kaki dan lengan bagian kanan. Juga jari-jari beliau seperti dibakar dengan sengaja dan beberapa luka sayatan yang cukup dalam. Kondisi mereka berdua terbilang sangat parah membuat kami harus berhati-hati mengambil tindakan. Saya akan memasukkan pasien ke ruangan ICU agar perawatannya lebih intensif dan pasien yang satu lagi ke ruangan operasi, permisi.."
Mereka semua tertegun dan membeku membuat sang dokter meninggalkan rombongan Anrez dan Evan. Kondisi kedua sahabat mereka sangat mengenaskan dan itu semua karena Robby. Mengingat hal itu membuat Samuel kembali marah dan pandangannya mulai menggelap, Farhan yang melihatnya pun langsung menghampiri Samuel dan mengelus punggung Samuel dengan lembut.
"Tenang Sam, semua masalah gak bisa diselesaikan dengan amarah. Lo harus bisa tahan emosi lo, udah cukup lo habisin Robby tadi. Anrez pasti benci banget ngelihat lo yang beringas seperti ini, Sam. Lebih baik lo telepon Dania dan kasih tau dia tentang semua ini.." ucap Farhan membuat pandangan Samuel perlahan membaik
"Kak Dania? Oh my god, what am i supposed to tell her about anrez? she must be very worried to hear this news. Yakinin dia itu susah banget dan gue jamin dia bakal marah sama gue. Dia sering bilang kalau gue sama bang Anrez harus saling melindungi dan gue gagal jalanin perintah dia. Gue takut dia marah dan benci sama gue Farhan.." balas Samuel ketakutan
"Hei dengar, Dania sangat menyayangi kalian berdua dan gak mungkin dia berpikir seperti itu. Dia berhak tau karena dia kakak kalian, kasih tau aja, Sam. Gue gak mau ambil resiko kalau dia tau dari orang lain dan marah sama lo.." tambah Nuca yang diangguki Farhan
Samuel hanya diam dan menganggukkan kepalanya. Dengan tangan yang gemetaran, Samuel mencari kontak Dania lalu menghubunginya. Beberapa detik setelah itu, Dania langsung mengangkatnya membuat Samuel yakin bahwa kakaknya ini pasti menunggu kepulangan mereka.
"Hallo dear, apa yang terjadi? kalian baik-baik aja, kan? perasaan gue kok gak enak banget dari tadi.."
"K-kak.."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Idol (End)
Fanfiction(Complete) "maaf.. maaf" ucap Tiara lirih "aku pergi aja yah.. kamu kan gak mau lihat aku lagi" Anrez berucap sambil menghapus kasar air matanya Start : 4 Februari 2021 End : 19 Juli 2021