Part 34

1.3K 137 16
                                    

"Hah? maksud kamu apa?" bingung Evan mendengar suara Harini yang lebih seperti berbisik

"Ahh, aku gak ngomong apa-apa kok, tapi Aan kenapa kamu tiba-tiba ngomong gini disaat sahabat kamu masih sakit?" Harini  mengulum senyumnya melihat wajah Evan yang berubah panik

"Aduh, mampus gue!! gimana jawabnya nih" batin Evan frustasi dan bingung harus jawab apa atas pertanyaan Harini

"Hehehehehe.. maaf yah Aan tapi aku sengaja buat kamu kesel atas pertanyaan aku. Siapa suruh lama banget ungkapin perasaan kamu padahal aku udah tau semuanya? terkadang kamu membuatku bingung, Evan Marvino.." batin Harini mengulum senyumnya melihat wajah Evan yang cengo

Evan tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Harini. Rasanya lidahnya kelu membuatnya tidak bisa berbicara apa pun. Harini mencoba menahan tawanya melihat wajah Evan yang sangat frustasi seperti ini.

"A-aku hanya gak mau terlalu lama membuatmu menunggu, Nini. A-aku takut apa yang dikatakan Anrez itu benar terjadi.." jujur Evan sambil menunduk

Tunggu dulu, Harini bingung apa maksud Evan mengatakan dia takut apa yang dikatakan Anrez akan menjadi kenyataan? apa yang Anrez katakan sehingga berhasil membuat pria lelet ini akhirnya bisa mengambil suatu keputusan.

"Emang apa yang Anrez katakan, Aan?" tanya Harini penasaran

"Anrez pernah bilang sama aku jangan pernah mempermainkan perasaan kamu. Dia berkata dia gak ingin aku merasakan sakitnya ditinggalkan seseorang yang tulus aku cintai. Anrez mau aku berani ngambil keputusan jika aku gak mau kehilangan kamu. Dan yang paling buat aku takut adalah ketika dia berkata kalau aku jangan sampai nyesal kalau senyum kamu itu bukan lagi untuk aku.." Evan semakin menunduk dan memainkan jari-jarinya

Harini sebenarnya terkejut ketika tahu apa yang dikatakan Anrez pada Evan. Sifat Anrez itu mirip banget dengan sifat Tiara yang selalu mengingatkan untuk jangan pernah mempermainkan perasaan orang lain.

Dan apa ini? kenapa Anrez mengatakan hal yang sama seperti Tiara? apa Anrez masih belum bisa melupakan Tania seutuhnya? apa nama Tania masih ada di hati Anrez? bagaimana dengan Tiara jika Anrez belum sepenuhnya melupakan mantannya yang iblis itu?

"Anrez mendorongku agar aku lebih berani mengakui perasaanku padamu. Anrez selalu bertanya pada kami bertiga apa yang terjadi walau dia selalu menutupi luka hatinya jika Tiara menyakitinya dengan kata-kata yang menurutku kelewatan. Terkadang aku takut kalau Anrez bisa benci sama Tiara jika mengingat banyaknya kata kasar yang pernah Tiara katakan pada Anrez. Aku takut cintanya Anrez berubah menjadi kebencian suatu saat nanti.." ujar Evan seakan tahu apa yang ada dipikiran Harini

Evan pun bangkit duduknya dan langsung bersimpuh dihadapan Harini sambil memegang kedua tangan wanita yang dia cintai itu.

"Nini, aku tau aku banyak salahnya.. aku tau aku bukanlah orang yang punya segalanya, aku bukanlah orang yang sempurna.. aku bahkan jauh dari kata sempurna. Aku hanyalah seorang Evan Marvino yang sangat mencintai seorang gadis bernama Harini Sondakh, jadi Nini.. maukah kamu menjadi kekasih hatiku?" ucap Evan sambil tersenyum manis

Tess.. tess..

Harini meneteskan air matanya mendengar semuanya yang dikatakan Evan. Terlihat dari binar mata Evan yang selalu berhasil membuat Harini yakin padanya. Harini pun menganggukkan kepalanya dan langsung membangkitkan Evan lalu memeluknya dengan erat.

"Hiks.. hiks.. makasih Aan.. hiks.. makasih karena buat Nini sebahagia ini.. hiks.. jangan pergi ninggalin Nini.. hiks.. Nini gak bisa hidup tanpa Aan.. hiks.." ucap Harini terisak hebat

Evan hanya tersenyum hangat sambil menganggukkan kepalanya. Benar apa yang dikatakan Anrez bahwa akan ada saatnya kamu merasa menyesal jika seseorang yang sangat kamu cintai pergi meninggalkan kamu. Anrez benar-benar ikut andil dalam keberanian Evan menyatakan perasaannya dan Evan sangat bersyukur akan hal itu.

My Idol (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang