Part 13

1.6K 160 32
                                    

3 minggu kemudian..

Seorang lelaki tampan berjalan dengan tenang membelah lorong rumah sakit yang sepi dan mencekam serta bau obat yang begitu menyengatkan. Lelaki itu membawa buket bunga dan bingkisan yang berisi banyak buah.

Drrtt..drrtt..

Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika merasa getaran disaku celananya.

"Hmm.. apa?" tanya lelaki itu terus terang

"Lo kemana aja sih? capek tau gak nungguin lo daritadi!!" terdengar suara kekesalan seorang pria diseberang sana

"Maaf, gue kan udah bilang kalau gue tadi ada metting. Ini gue udah nyampe kok mau ke ruangan Evan. Sabar napa sih?!!"

"Sabar biji mata lo!! capek gue nih nungguin lo daritadi. Yang lain juga nanyain lo terus!!"

"Iya Farhanku tersayang, daripada lo ngomel gini bagusan matiin aja deh teleponnya. Gue ada dibelakang lo.."

Tut..

Anrez menutup teleponnya sepihak membuat Farhan membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat Anrez yang tersenyum sambil melambaikan HP-nya.

"Dah nyampe kan gue? ayo masuk.."

Anrez pun masuk meninggalkan Farhan yang masih mematung dengan mulut menganga bagaikan orang gila. Setelah sadar, Farhan mempoutkan bibirnya karena Anrez meninggalkannya. "Kok gue ditinggalin sih?!! padahal gue yang nungguin dia daritadi!!" omel Farhan dalam hati

Farhan pun ikut masuk dan melihat Anrez sedang bercengkrama dengan yang lain. Evan telah sadar dari komanya dan hari ini Evan keluar dari rumah sakit. Mereka memaksa Anrez untuk datang menyambut kepulangan Evan. Samuel tidak bisa ikut karena dia sedang di Belgia mengurus perusahaan cabang mereka bersama Agatha.

"Dania mana? masa cuman lo doang yang datang?" tanya Nuca pada Anrez

"Tadi udah gue telepon katanya sih lagi di jalan. Paling ntar lagi nyampe dia, lo tenang aja" jawab Anrez santai

Mereka semua beroh ria dan melanjutkan obrolan. Semenjak Evan sadar dari komanya, perhatian Harini semakin menjadi bahkan terbilang posesif pada Evan. Harini tidak ingin kejadian beberapa minggu yang lalu terulang kembali, mengingat itu saja membuat jantung Harini seakan berhenti berdetak membayangkan wajah Evan yang sekarat. Cukup dua kali Harini merasakan itu, Harini tak mau lagi kejadian ini terulang kembali.

"Udah kenyang sayang, udah dong. Masa kamu nyuapin aku terus sih? perut aku udah penuh tau" mohon Evan melihat Harini menyodorkan sendok yang berisi bubur untuknya

"Gak ada yah, habisin. Kamu tuh butuh makan supaya kuat, kamu masih harus banyak makan sayang" tegas Harini

"Tapi aku udah kenyang Nini!!" Evan sedikit menaikkan suaranya

"Sekali lagi yah, aku mohon.. demi aku.. mau yah? yah yah yah" pinta Harini dengan penuh harap

"Huufftt.. iya deh iya. Tapi cuman sesuap lagi yah, sumpah Aan udah kenyang Nini"

"Oke Aan.."

Anrez dan yang lain tertawa melihat drama Evan dan Harini. Mereka tak menyalahkan Harini karena memang ucapannya benar Evan harus makan yang banyak. Ketika Evan sadar dari komanya, dokter terus mengingatkan pada kami agar menjaga pola makan Evan.

Evan hampir sebulan koma membuat tubuhnya sangat kurus. Evan yang bandel dan tak bisa diperingati membuat mereka terus menahan kesal. Untungnya Evan tunduk pada Harini yang sangat galak dan kejam jika berhubungan dengan kesehatannya.

My Idol (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang