Teruntuk, Diri

216 4 0
                                    

Teruntuk ruang kosong dalam pikiran,
Terimakasih sudah bersedia menyisihkan sedikit akal sehat untuk tetap bertahan.
Tanpa nya, mungkin kini aku sudah diharibaan.

Teruntuk sebongkah hati yang penuh sesak,
Terimakasih sudah memberi lapang walau harus diantara luka,
Sudah berusaha tegar walau remuk,
Sudah bersedia bersabar walau amarah berkecamuk,
Sudah berusaha tak membenci walau sebenarnya ingin.
Tanpa nya, mungkin kini aku sudah jadi seorang pendendam.

Teruntuk kedua mata yang masih sering dibanjiri air mata,
Terimakasih untuk tetap melihat kebaikan diantara beribu keburukan yang mungkin nampak,
Tanpa nya, mungkin aku selalu berprasangka buruk tentang segala hal.

Teruntuk bibir yang acap kali di bungkam,
Terimakasih untuk menahan ucapan buruk agar tak dilafalkan.
Menahan segala umpatan yang mungkin terpeleset saat bercampur dengan kecewa,
Terimakasih sudah selalu melengkungkan senyum meski kedua pipi dibasahi air mata,
Tanpa nya, mungkin aku sudah mencaci maki keadaan yang selalu tak berpihak.

Teruntuk kedua telinga yang tak jarang menerima ucap bohong,
Terimakasih selalu bersedia mendengarkan tiap kalimat yang terlontar,
Bersedia menerima kabar meskipun tak selalu benar,
Tanpa nya, mungkin aku sudah kehilangan suara hati ku sendiri.

Teruntuk jiwa rapuh yang nampak amat lelah ...

Merebahlah.

Aku tau kau sudah pasrah.
Tak apa, kita tak kalah.

Terimakasih untuk tetap memberi ketenangan untuk sekitar meski diri sedang kacau,
Tetap memberi kelembutan meski diri tengah memberontak,
Tetap menjadi tangguh, meski sebetulnya setengah rubuh.
Tanpa nya, mungkin kini aku tengah termenung dibalik jeruji.

Teruntuk raga yang selalu nampak kuat.

Bersandarlah.
Lepaskan sejenak beban itu dari bahu.
Biarkan segala penat meluruh seiring kau yang berangsur pulih.
Bebaskan segala kekang yang menjerat seluruh tubuh.

Terimakasih,

Terimakasih tetap bersedia berdiri meski seluruh tubuh tertancap duri,
Bersedia kembali berlari meski langkah sudah pincang,
Bersedia tetap berjalan meski jalan buntu terpampang di depan,
Bersedia menopang jiwa yang lemah, hati yang kalut, pikiran yang kacau.

Tanpa nya, mungkin kini aku tengah berada dalam fase koma.

Wahai diri, terimakasih untuk tetap menampung segala pelik yang tak ayal menjerumuskan hati, akal sehat bahkan raga menjadi lebur.
Terimakasih tetap menjadi kuat.
Terimakasih ... untuk tak menjadi asing.

Tetap lah bersahabat meski dunia tak selalu menawarkan senyum nya.
Tetap lah menjadi diri yang penuh kasih untuk menguatkan sesama meski tak selalu disambut baik.
Tetap lah menguatkan, meski terkadang kau pun butuh dipeluk.
Tetap lah menebar senyum, meski terkadang kau pun butuh dihibur.

Dan,

Tetap lah ingat untuk Menjadi ..

"Aku"

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang