Gemintang Pulang

179 3 0
                                    

Hari ini aku kembali terpaku di tempat yang sama.
Yang tak lain adalah tempat milik kita, saat itu.
Kau sangat gembira setiap kali ku ajak berkeliling.
Hingga kaki mu terhenti di depan sebuah tugu.
Aku masih ingat bagaimana kau meminta untuk tinggal meski hanya sebentar.
Sialnya aku tak pernah bisa menolak pinta mu.

Sore itu, di senja yang sama. Kita duduk menikmati gemintang yang mulai datang.
Tanganmu memintal rambut yang jatuh tepat di bahu mu.
Dengan senyum yang terus merekah, kau ceritakan semua mimpi.
Dimana ada aku disitu.
Aku tersenyum..
Tak lama jemari mu menunjuk sebuah bintang yang hadir meski langit masih agak terang.
Kau bilang, itu adalah aku.
Yang datang membawa sinar untuk langitmu yang gelap.
Ya, akulah gemintang mu.

Hingga matahari merebutmu dari cakrawala ku.
Aku pikir luas bentangan tanganku akan mampu merengkuhmu.
Namun hangat sinar nya memelukmu dengan manja.
Kau terlena..
Kau bilang, ini salahku.
Yang tak menunggu lebih lama untuk tetap tinggal.
Ya, ini salahku.

Aku mendongak dan menanti mentari untuk turun.
Melepas peluknya yang kian erat menjagamu.
Namun lagi-lagi berkas cahaya ku tak lebih banyak dari nya.
Yang mampu membawa siang untuk tiap malam panjangmu.
Tak ada lagi aku dalam kamusmu.
Aku hanya gemintang tua yang kehilangan sinarnya.
Kau bilang, terimalah kenyataan.
Yang sudah tak mampu kita ubah meski aku terus berusaha.
Ya, aku mengalah.

Aku berjalan mundur menjauhi tugu tempat kita beradu tatap.
Tempat dimana pertama kali ku kecup wangimu malam itu.
Aku menyerahkan semuanya pada mentari yang memeluk mu.
Semoga kelak hangatnya tak membakar langit milik kita yang telah lama kau tinggalkan.

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang