Isyarat

26 0 0
                                    





Terik matahari siang ini begitu menyengat
Menusuk hingga ke ubun - ubun
Menjadikan aliran darah terasa lebih lambat

Udara Bandung terasa begitu pengap
Lebih panas dari biasanya
Sesekali angin bertiup syahdu
Hembus nya mengusap peluh yang mulai jatuh
Mataku menerawang melawan sinar matahari
Kilau nya menembus lapisan kornea dan membuatnya perih

Dedaunan yang bergesek diterpa angin seolah berbisik
Entah membicarakan apa
Sayup, telinga ku menangkap deretan kata yang terbaca menjadi nama mu

Aku membiarkan butiran udara masuk ke dalam paru - paru ku meski terasa sesak
Dengan mata yang menyipit, ku tarik kedua lengkung bibir membentuk sebuah senyuman.
Pelan, ku gumamkan setiap kalimat yang tersusun dalam kepala

Hai,
Apa kabar?
Aku harap kau baik disana seperti ku baik - baik saja disini.
Ku harap ada rindu yang tersemat untukku, seperti ku yang selalu merajut rindu setiap kali mengingatmu.
Aku takkan meminta mu kembali jika memang kau tak ingin
Aku hanya meminta, beri aku isyarat bahwa kau masih disana
Agar aku bisa kembali berdiri tegak ketika kaki ku goyah dan hendak berbalik arah
Agar aku bisa tetap menunggu mu dan tak berpikir penantian ini sia - sia
Aku hampir putus asa kala semua pesan yang ku sampaikan tak satu pun berbalas
Menyisakan tanda tanya yang tak menemukan jawaban.

Setidaknya beri aku pertanda
Sebagaimana mendung memberi isyarat akan turunnya hujan, meski tak selalu.


Ku akhiri pesan itu dan meniupkannya ke arah terik matahari
Membiarkannya ikut tersapu angin dan berharap sampai di telinga mu
Menunggu daun yang berdendang memberi isyarat sebelum aku pulang...

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang