Gadis Penyeka Air Mata

84 1 0
                                    




Aku mengenal seseorang.
Yang sepanjang hidupnya Ia habiskan untuk menyeka kesedihan orang lain.
Aku memanggil nya Gadis penyeka air mata.

Kami bertemu ketika aku bersekolah.
Kulihat, Ia paling bersinar diantara teman-teman nya.
Senyum ceria selalu menghiasi sudut bibir nya.
Membuat wajah nya terlihat begitu berseri.
Aku menyukai mata nya yang berwarna coklat muda.
Tapi, tak pernah kuungkapkan.

Dari semua gadis yang ku kenal di sekolah ini, Dia adalah gadis yang paling kuat.
Tak pernah sekalipun aku melihatnya menangis.
Pun, tak pernah aku melihatnya mengeluh.

Ia selalu menggenggam senyum untuk Ia tebar pada siapapun yang bersedih.
Dan dengan tangannya yang terbuka hangat, Ia akan menyeka tiap tetes air mata yang jatuh.
Tanpa memandang siapa orang yang ada di hadapannya.

Aku selalu memperhatikan langkah kaki nya.
Kemana Ia pergi, dan apa yang Ia lakukan.
Seperti biasa, yang akan ku dapati adalah dirinya yang tengah menukar air mata dengan bahagia.

Namun, aku baru menyadari ada yang janggal.
Dibalik kemeja putih itu, aku melihat dengan jelas jejas yang membayang.
Bahkan beberapa masih mengeluarkan sepercik darah.
Tapi wajah gadis itu, tetap tersenyum riang tanpa menunjukkan sakit yang Ia rasakan.

Aku mengikuti nya hari itu.
Ketika Ia terduduk di lorong sekolah yang sudah sepi, ku lihat Ia tertunduk meringis memegangi lengan nya yang terluka.
Lantas aku memberanikan diri menghampiri nya.

Dengan segera Ia memasang kembali senyum yang biasa ku nikmati.
Sama sekali tak ada keluhan atau rengekan yang terdengar.
Aku berlutut di hadapannya, mencoba menyentuh luka yang tengah Ia pegang.

Hai gadis penyeka air mata, ada apa? Mengapa kau terlihat kesakitan?

Mata coklat nya bertemu dengan mata ku.
Aku mengamati nya dalam - dalam.
Ada setangkup sunyi yang tersimpan dibaliknya.

Ini sudah jadi resiko ku.
Luka yang kau lihat adalah apa yang aku tukar dengan senyum yang ku bagi.
Dari tiap air mata yang ku ambil, akan muncul satu luka di bagian tubuh ku.

Gadis itu menjawab dengan nada yang terdengar baik - baik saja.

Aku tau yang akan kau tanyakan.
Kenapa aku bersikeras memberikan senyum ku untuk mereka dan menukar nya dengan rasa sakit.
Aku tak punya jawaban khusus.
Aku hanya ingin mereka tak lagi menangis.
Air mata yang terjatuh itu terlalu berharga.
Aku ingin melihat mereka tersenyum saat menyambut kedatanganku.
Dan aku hanya tak mau sendiri.
Aku ingin menebar kebaikan di sekelilingku, agar kelak ketika tubuh ku sudah tak mampu menahan semua luka ini, kepergian ku akan dikenang.

Gadis itu tersenyum pada ku.
Senyum yang tulus, meski aku tau Ia menahan sakit.

Kau tak perlu melakukan semua itu hanya untuk menahan mereka.
Mereka yang tulus ingin bersama mu takkan pernah pergi meninggalkan mu sendiri meski kau memaki dan meminta mereka untuk pergi.
Kau tak punya kewajiban untuk membuat mereka selalu bahagia dan mengorbankan apa yang kau punya.

Aku berteriak lantang di hadapan wajahnya.
Senyum itu masih sama. Bahkan kini lebih mengembang.

Ini sudah tugas ku. Suatu saat kau akan mengerti.
Meskipun kini aku merasa lelah, tak berarti aku akan berhenti.
Aku rela menukar apa saja yang ku punya demi melihat teman - teman dan orang di sekelilingku bahagia.

Aku menundukkan kepala ku, seketika Ia menghilang.

Esok nya ketika aku bercermin, aku mendapati wajah yang selama ini ku kagumi.
Sosok yang selama ini selalu tersenyum meski merasa sakit, ada disana.

Gadis penyeka air mata itu, adalah aku.

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang