Bulan ke sembilan tahun ini rupanya membawa kabar yang menguras air mata.
Senyum di awal bulan, dan tangis di akhir nya.
Fenomena yang tak bisa di perkirakan, bahkan oleh seorang ahli sekalipun.Siang itu petir menyambar bersahutan
Meski hujan belum turun, namun kilat sudah lebih dulu memberi isyarat
Langit seolah tau, akan ada air mata yang jatuh hari itu
Meski hanya setetes, tetap mampu membuat sudut mata terasa hangatHujan di akhir September ini mengisyaratkan adanya perpisahan
Dan aku..
Siap tidak siap harus menerima bulan baru dengan curah hujan lebih banyak
Dengan air mata yang berguguran jauh lebih deras.Suasana La Nina mulai terasa kental setiap harinya
Hujan, dingin, dan sepi
Mimpi yang kembali terhenti
Senyum yang terpaksa diputar
Tangis yang setia menyelimutiAku tak bisa lagi menari di bawah hujan seperti yang biasa ku lakukan,
Karena kini derasnya hujan hanya menyisakan luka
Aku tak bisa mencium petrichor meskipun hujan turun setiap hari
Bau tanah basah yang terkena hujan itu menghilang kala curahan air begitu cepat menggenangi nya
Aku tak bisa mencumbu percikan hujan seperti yang biasa kulakukan jika ku merindu
Karena tumpuan rindu ku tlah menghilang bersama muson barat yang bertiupUdara dingin memenuhi rongga paru
Menyesakkan dada
Menghimpit setiap nafas yang ku hela
Sama seperti saat ku mengingat mu
Sesak...La Nina tahun ini menyampaikan tanya yang sampai kini belum kutemukan jawabannya, meski hanya sebuah isyarat.
Akankah kau kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
RomanceSebuah rangkaian kalimat yang dilontarkan untuk diri sendiri agar bisa segera bangkit dari hari-hari yang patah