Monolog

Thanks For Being You

September, 2021.

Angin malam ini berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya.
Terasa lebih dingin.
Denting jarum jam terdengar begitu jelas memukul gendang telinga.
Sunyi.

Ada perasaan yang tak biasa, yang seketika singgah disini
Terasa begitu kosong, sekaligus begitu hangat.

Beberapa tahun ke belakang bukan lah tahun yang mudah untuk dilewati.

Tentang ditinggalkan dan meninggalkan
Mencintai dan dicintai
Membenci dan dibenci
Tentang percaya, dan mengingkari.

Tiap episode memberi arti tersendiri.
Tentang bagaimana menerima perasaan,
mengakui kesedihan,
mencintai kelemahan.
Dan menerima kekalahan.

Selayaknya bahagia, sedih dan marah pun butuh pengakuan.
Tak selamanya rasa sedih harus dipendam.
Tak selamanya amarah harus dibungkam.
Tiap emosi adalah bagian dari diri.
Dan kau harus bangga bisa memiliki nya.

Hidup tak selalu menjanjikan manis.
Maka kau harus terus bersiap menjadi tangguh menurut versi mu.
Sesekali menjadi lemah, bukan sesuatu yang salah.
Namun kau harus kembali kuat menerjang angin yang menerpa.

Hidup boleh mengajari mu cara bertahan,
Namun bukan berarti kau boleh terlalu keras pada diri sendiri.
Longgar kan sedikit ikatan mu ketika kau merasa terlalu sesak.
Kencangkan pengaman mu ketika kau merasa hilang kendali.

Menangis lah saat lelah.
Jangan lagi menggunakan senyum untuk menyamarkan air mata.
Tersenyum lah,
Meski sedikit, lengkung di bibir itu akan membawa banyak cinta untuk dibagikan.

Berlarilah sejauh yang kau mampu.
Tak perlu lagi kau hiraukan mereka yang berusaaha menjatuhkan.
Percaya lah, walaupun sulit kau bisa melewati nya.
Sebagaimana awan kelabu yang memayungi langit,
Desau angin akan membawa nya pergi dan menghadirkan mentari.
Pun dengan hidup mu.
Kelak akan ada satu hari kau menikmati pelangi dan menari dibawah rembulan.

Terimakasih,
Sudah terus berusaha bertumbuh meski terus diinjak dan dipaksa mati.
Tetap bertahan meski sesungguhnya melelahkan.
Tetap berdiri walau dengan sebelah kaki.

Terimakasih,
Sudah menjadi dirimu seutuhnya. :)