Abadi Dalam Doa

23 0 0
                                    

Sapa itu kembali datang
Membuka sejumlah memoar yang ku kira takkan pernah kembali
Masih seperti dulu rupanya.
Aku tak pernah menjadi asing untuknya, meski rasanya justru aku yang mengatur jarak

Sapa halus yang ku beri berbalas tawa renyah yang begitu ku nanti
Aku tak pernah menjadi asing untuknya, meski yang ku lihat di cermin itu hanyalah seorang wanita yang hilang arah

Izinkan sejenak aku menatap wajah mu dalam diam, merekam kembali tiap untai ingatan yang mulai redup tergerus waktu

Kau selalu mengerti aku meski tanpa kuungkap apa yang ku rasa
Namun tak seperti mu, aku masih saja selalu menerka apa yang ada dalam kepala.
Berusaha menata kata meski berujung sia-sia

Mungkin memang aku yang tak bisa mengimbangi mu
Tak bisa mengatur langkah agar terus beriringan
Tak bisa mendengar bisik kecil dalam benak mu tentang apa yang kau pikirkan, yang kau rasakan
Aku yang tak bisa selalu ada di sisimu
Dan aku yang tak layak mendampingi mu

Langkah yang sudah ku susun untuk kembali mengejar mu perlahan goyah
Sadar bahwa memang bukan aku yang kau butuhkan
Bukan aku yang selama ini kau impikan

Sedikit demi sedikit aku perlahan mundur

Ketahuilah..
Meski raga ini tak pernah bisa berada disisi mu sepanjang waktu
Namun tak perlu kau ragukan, hadir ku dalam setiap doa untuk mu tak pernah alfa..

Kau, abadi dalam doa.

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang