Petuah Kala Hujan

100 3 0
                                    



Musim hujan tahun ini datang lebih cepat dari biasanya.
Meneteskan genangan yang tak jarang menjadikan enggan untuk beranjak.

Lama aku menatap langit dengan pikiran kosong.
Mencoba menerka, apakah hujan, matahari, atau justru pelangi yang tengah bersembunyi dibalik balutan awan.

Semilir angin berembus mengusap lembut helai rambut ku dan berkata :

"Tak apa. Tak perlu kau cemaskan apa yang ada di atas sana. Berjalan lah."

Kedua mata ku kini menatap genangan sisa hujan semalam.
Terpantul raut wajah dingin yang tengah memperhatikan dirinya sendiri.

Aku pernah, mengenal sosok yang amat baik hati.
Selalu memikirkan orang lain, sebelum memikirkan dirinya sendiri.
Membuat dirinya basah kuyup demi memayungi orang lain.
Dan aku ingin bisa menjadi sepertinya.

Namun, bagaimana aku bisa melanjutkan hari jika baju yang kukenakan basah?
Bukankah akan mudah membuat ku jatuh sakit?

Aku pun pernah, bertemu sosok yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
Berlari kencang dengan payung yang digenggam nya, tanpa menghiraukan siapa yang terkena cipratan air saat Ia mengayunkan langkahnya.

Sempat terpikir untuk menjadi dirinya.
Memayungi diri sendiri, tanpa peduli orang di sekitarku.

Namun, hati memberontak.
Ini jelas bukan diriku.

Sebuah jejak tiba - tiba membuyarkan genangan yang ku amati.

Ia hanya tersenyum melihat ku termenung.
Tangan nya mengulur tepat di hadap ku.
Meminta ku untuk segera menyambutnya.

Lirih..
Aku bisa merasakan apa yang ingin Ia sampai kan meski Ia tak berucap.

Bahwa tak apa jika kita menjadi pelindung bagi orang sekitar, diandalkan dalam berbagai situasi.

Juga, tak apa sesekali menjadi egois dan melindungi diri sendiri.

Uluran tangan itu perlahan kusentuh.
Meski hujan belum turun, Ia membuka payung nya dan kami berjalan berdampingan.
Tenang seketika menjalari sekujur tubuh ku.

Hidup adalah sebuah keselarasan.

Melindungi orang lain, tanpa mengorbankan diri sendiri.

Melindungi diri sendiri, tanpa mengorbankan orang lain.

Bahkan, beberapa bisa dilakukan bersamaan.
Melindungi diri sendiri, demi melindungi orang lain.

Terus lah memberi warna pada sekitar, tanpa membiarkan warna mu menjadi pudar.

Terus lah berjalan dan menyebar kebaikan tanpa mengorbankan diri sendiri, maupun orang lain.

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang