Tiba di penghujung tahun, awal Desember
Rupanya awan mendung masih setia menyelimuti tiap lembar hari ku
Sampai detik ini tak terhitung berapa banyak tetes air hujan yang membasahi bumi
Pun dengan rintik air mata yang tersingkap dibalik selimut
Angin yang bertiup menebarkan aroma tanah yang mulai basah
Wanginya tak lagi bisa menenangkan hati yang tengah gundah
Kemana jejak kaki mu?
Seolah hujan turut menghapus bayangan mu
Kemana harus mencari mu?
Kabut tebal yang turun sehabis hujan seolah mematikan cahaya
Tak ada lagi terang
Hanya sunyi dan udara lembab yang menusuk paru - paru
Lidah ku mulai kehabisan kata
Bahkan hanya untuk berseru aku merindu pun sudah tak sanggup
Semestinya kau tau itu meski tak ku ucap
Karena memang kalimat itu yang selalu ku racau
Air mata dan derasnya hujan kini berjalan selaras
Tak terhenti, tak terbilang
Mengalir tanpa jeda
Sama hal nya dengan tiap bait kata yang ku rapal dalam doa
Yang ikut menguap dan berhamburan di udara
Hanya ini yang bisa ku buat..
Berharap hangatnya doa yang ku ucap mampu memeluk mu
Mendekap dengan lembut dan menenangkan mu
Melindungi mu dengan selalu..
Meski mata ku tak lagi memandang wajah mu,
Tangan ku tak lagi bisa menggenggam jemari mu,
Telinga ku tak lagi mendengar suara mu,
Namun doa yang ku untai tak kan pernah putus
Nama itu, abadi dalam doa ku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
RomanceSebuah rangkaian kalimat yang dilontarkan untuk diri sendiri agar bisa segera bangkit dari hari-hari yang patah