Ruang gaung

21 0 0
                                    




Denting jarum jam mengantar ku pada waktu dimana pikiran begitu riuh. Ramai.
Segala hal yang terlintas begitu saja
Datang tanpa aba-aba dan membekas hingga jadi tetesan air mata.

Meski masih terlalu pagi, namun pikiran ku terlanjur menerawang malam ini.
Sudah seberapa banyak aku memberi?
Apa yang selama ini ku lakukan?
Apa yang aku dapat dari semua yang ku usahakan?
Sudah cukup kah aku membuat orang lain bahagia?
Cukup bermakna kah kehadiranku bagi mereka?

Puluhan pertanyaan menggaung memenuhi isi kepala
Rasa takut menyeruak memeluk jiwa yang kosong

Aku takut jika kelak aku pergi aku meninggalkan begitu banyak luka di hati mereka
Tak meninggalkan kesan dalam hidupnya,
Atau justru menoreh tinta hitam yang begitu sulit dihapuskan

Aku takut makna kehadiran ku dalam hidup mereka tak lebih dari sebatas ada
Tak meninggalkan pesan yang mampu mereka ingat ketika mereka merindukan hadir ku

Bola mata ku berputar menyapu sekeliling ruangan
Rupanya begitu sepi
Suara - suara dalam pikiran ku terlalu gaduh untuk didengar satu persatu

Suara - suara itu makin menempatkan ku menyentuh titik rendah

Sudah kah aku bermanfaat bagi mereka?
Berguna kah ilmu yang kusampaikan pada mereka?
Akankah mereka merindukan kehangatan dari tiap peluk yang ku beri saat mereka merasa sendiri?

Lalu aku tersenyum mendengar deret kalimat terakhir yang ku dengar.

Bukankah saat ini aku pun tengah sendiri?

Terkadang aku ingin menjadi egois seperti mereka
Menyita waktu mereka hanya untuk mendengarkan celoteh ku
Meminta dekapan mereka kala beban dipundak sudah terlalu berat

Namun pada akhirnya yang bisa menenangkan memang hanyalah diri sendiri..
Itulah alasan aku tak pernah ingin meninggalkan mereka dalam kegusaran.
Karena termenung sendiri itu sepi..
Cukuplah aku yang merasa sunyi, jangan mereka

Perlahan semua suara dalam kepala kehilangan ruang
Sayup satu persatu menjadi hening
Meninggalkan lagi jiwa yang sendiri ini dalam sunyi

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang