Tak Apa

77 1 0
                                    


Bandung tak pernah se syahdu ini sebelumnya.
Udara dingin terasa menelisik masuk ke dalam rongga paru - paru,
Ketika sebuah tangis pecah dalam simpuh dini hari.

Tangis yang selama ini Ia simpan sendirian berhamburan.
Sunyi seketika menyeruak memenuhi ruangan gelap yang Ia tempati.

Linangan air mata deras membanjiri sehelai kain yang membalut lekuk tubuhnya.
Hamparan doa menggenang di atas bentang sajadah.

Rasa nya seperti bertemu jalan buntu.
Ketika apa yang kau maksud tak pernah tersampaikan,
Ketika semua keluh yang kau suarakan justru dibungkam habis - habisan.
Ketika semua lelah justru ditikam rasa marah.

Dalam hening Ia memekik dalam hati

"Aku diam, bukan berarti tak marah.
Aku menerima, bukan berarti tak sedih.
Aku pasrah, bukan berarti kau tak salah."

Cukup lama Ia tak bergeming.
Ia pandangi ruang gelap di sekelilingnya.

Asing.

Mata nya terus berusaha membaca situasi,
Berharap bisa menemukan letak alfa yang membuatnya tak berdaya.

Tak ada.

Ia hanya mendapati ruang kosong di sana.

"Tak perlu menuntut. Tak apa.
Mungkin hanya aku yang terlalu perasa.
Mungkin bisik doa ku belum terdengar.
Mungkin racau tangis ku belum cukup kuat.
Tak apa. Bertahan lah sedikit lagi."

Mulutnya komat-kamit membaca mantra yang selama ini Ia gumamkan ketika sudah tak lagi bisa menahan air mata.

"Tak apa. Mungkin aku hanya lelah.
Tak apa. Aku yang harus jadi lebih kuat.
Tak apa. Semua akan baik - baik saja."

Belai lembut tangannya mulai melengkung memeluk dirinya sendiri.

Berusaha mengobati batin yang compang - camping menahan lara.

Meski saat ini tubuh dan jiwa nya dirajam luka, Ia berusaha menerima dengan lapang.

Karena yang Ia tahu, Tuhan tak akan memberatkan makhluk nya.

Maka semua itu, tak apa.

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang