Masih dan Akan Selalu

41 0 0
                                    






Penghujung malam bulan Desember.

Bulir hujan perlahan mengetuk jendela tempat ku terdiam.

Lirih, bunyi nya mengantarku pada keheningan.

Denting jarum jam yang bersahutan menambah dalam kesunyian ini.

Entah harus bagaimana melontar kata maaf padamu.

Yang meski ribuan kali ku hancurkan hati nya namun tetap tak bergeming

Rasanya enggan kembali menunjukkan wajah dihadap mu.
Malu.

Ku tau kau kecewa, namun tangan mu selalu terbuka.
Selalu mencari ketika aku beranjak pergi,
Cemas ketika pesan tak kunjung berbalas.

Betapa lancang diri ini yang masih tetap muncul di hadap mu

Mengingat tiap langkah bodoh yang kuambil dahulu.
Tak memandang bagaimana perasaanmu
Tak berpikir bagaimana hancur nya hati mu
Tak hirau bagaimana remuk luluh lantahnya jiwa mu

Namun meraung dalam sepi takkan mengubah keadaan
Merutuki diri sendiri pun takkan membuat sesal dalam dada ini luntur

Rasa nya sudah terlalu mendalam
Menjalar menjadi tiap bagian dalam diri ini

Kini aku bisa merasakan nyeri yang sama, ketika aku menghancurkan mu.
Begini rupanya..

Lantas harus dengan cara apa aku harus mengucap terimakasih?

Pada rasa peduli mu yang tak kunjung henti kau beri
Yang meski ku buat kau tersudut, namun kau tak pernah luput dari pandang ku.

Kita berdua tau luka itu masih ada
Bahkan masih terbuka dan menganga
Kita hanya menipu diri
Berpura - pura telah pulih
Dan berlagak kuat menjalani hari

Meski ku tau kau menahan perih
Tapi kau tak pernah meminta ku pergi

Berapa kali harus ku ucap maaf untuk menebus semua luka?
Berapa banyak terimakasih yang mampu ku beri untuk membalas budi?

Bagaimana aku bertahan jika kau tak tinggal?


Pulang lah..

Aku masih, dan akan selalu menunggu.

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang