Monolog

Sadar Diri

Mungkin terlalu cepat untuk ku mengambil kesimpulan.
Namun semua perubahan yang tampak dari mu, membuatku harus secepatnya membuka mata dan sadar diri.

Memang sudah sejak lama aku berpikir akan hal ini.
Akan ada sebuah perubahan besar dimana semua tak mungkin kembali sama.
Cepat atau lambat, memang semua ini akan terjadi.
Dan aku tak pernah menyalahkan mengapa terjadi hari ini..

Kau tau.. seharusnya, memang aku telah pergi.
Tak perlu terpaku di tempat ini hanya untuk berpura-pura ada tanpa bisa berbuat apa-apa.
Bahkan menenangkan tangis mu pun aku tak tau harus bagaimana.
Terlebih jarak yang memisahkan sudah terlalu curam untuk terus dilalui.
Ada sebongkah hati yang harus kita jaga.
Ada genggam tangan mungil yang tak mungkin melepas jemari kita.

Tapi kau tau?
Rasanya terlalu berat untuk bisa melangkah jauh dari sini.
Entah karena kau memang masih menginginkan hadirku, atau aku yang masih berpura-pura terjerat dan tak bisa kemana-mana.
Iya, bukan tak bisa.
Melainkan aku yang tak pernah mau melepas..

Dingin angin malam ini menusuk dan seolah menyadarkan aku untuk kembali merenung..
Banyak hal yang bisa kulakukan untuk dapat membantu mu melewati semua ini.
Salah satunya, dengan benar-benar pergi....

Dengan begitu aku takkan lagi mengusik mu..
Dan kau akan jauh lebih tenang tanpa aku.
Tak perlu lagi kau dengar tiap keluhan yang selalu berputar pada tempat yang sama.
Tak perlu lagi kau lihat air mata yang jatuh dan rengekan rindu yang selalu ku ucapkan.

Seharusnya, aku bisa lebih sadar diri..
Bahwa pergi ku, akan membantu menyelamatkan mu..
Menjauhkan mu dari hal duniawi yang mungkin menjerumuskan,
Mendekatkan mu pada Nya tanpa terhalang rasa bersalah.

Meski sangat ingin untuk tetap  ada di sini, melanjutkan semua mimpi dan rancang masa depan yang indah bersama,
Namun jika pergi ku bisa membuat mu jauh lebih tenang, aku rela..
Akan ku bantu kau berjuang untuk terbang,
Meski sayap ku harus berlubang karena nya..