Kopi Terakhir

11 0 0
                                    




Tiba di penghujung malam
Dimana keheningan menyeruak dengan lekat
Pekatnya mengalahkan secangkir kopi yang sedari tadi ku sesap
Gelap...
Ruang kepala terasa kopong
Suara dari berbagai arah tak mampu ku tampung, apalagi jika harus ku cerna
Mata yang lelah ini terus menatap ke arah cangkir yang hampir kosong
Gamang..
Setitik kecewa yang terasa, menikam taju pedang hingga dalam

Rasanya dunia sedang menunjukkan ketidakadilannya lagi padaku.
Disaat aku berusaha sekeras tenaga untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin,
Dengan mudah kau datang dan meruntuhkan benteng pertahanan
Membuat hati kembali goyah
Haruskah ku lanjutkan usaha ini?
Atau kembali menjadi liar hanya demi sebuah pengakuan?

Seluruh emosi terasa berkecamuk
Hingga tak mampu lagi ku salurkan dengan kata
Tapi kali ini aku tak mau kesedihan merundung
Meski lagi-lagi tak kuasa kutahan tetes air mata ini
Namun cukuplah aku menangis..
Rasanya tiada guna jika harus membuang air mata ketulusan ini demi seseorang yang bahkan tak pernah menggangap ku ada
Amarah yang meletup tampaknya bisa sedikit menjadi perisai agar aku tak lagi lemah

Entah mengapa, tiap ucap yang kau lontarkan untuk memotivasiku hanya menjadi sebuah pertanyaan untuk diri
Bisa kah?
Mampu kah?
Bahkan aku ragu pada jawabanku sendiri

Gelap perlahan mengundurkan diri
Secercah cahaya merangkak naik membuka hari baru

Tidak.. aku takkan pergi
Bahkan ketika seluruh dunia menghujatmu, ku pastikan aku tetap berdiri untuk menjadi tempatmu pulang

Namun untuk saat ini, izinkan ku sesap pahit isi cangkir ku hingga tak lagi tersisa
Hingga seluruh emosi yang melanda bisa kembali mereda, dan aku tetap ada..

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang