Lembayung akhir-akhir ini pamit lebih awal
Tak ada semburat jingga yang biasa melengkungkan senyum ku kala ku lepas kan pandangan ku menatap langit.
Tak ada hembus angin yang membawa ketenangan,
Tak ada rona hangat yang senantiasa mendekap ku.Hanya ada awan kelabu yang menggantung di peraduan
Kadang Ia datang bersama rintik hujan
Meniupkan angin dingin yang belaiannya membekukan air mataKu kira, tanpa mu aku kan terbiasa
Seperti semua skenario yang tlah dipersiapkan selama ini
Ku kira, hilangnya dirimu tak serta merta meredupkan senyum ku
Ku kira, angin dingin yang ku hirup akan tetap membawa ketenangan. Namun yang ku dapat, hanya sesak.Senyum itu redup.
Bola mata cokelat muda itu kehilangan binar nya
Seketika waktu berjalan lebih lambat
Menguras tiap tetes energi yang tersisa untuk menunggu
Sedikit air mata yang menetes, namun berjuta tanya mengelilingi ruang kepala.
Bergaung di setiap sudutmya, menimbulkan gaduh yang tak terdengar.Hampa..
Jalan ku seolah kembali kehilangan tujuannya
Tak tentu arah
Melangkah gontai
Hanya bisa pasrahLelah, namun kaki ini enggan beranjak.
Tetap berdiri meski sekujur tubuh dibasahi air mata
Menunggu kembalinya lembayung yang kan menyapu kelabu dari singgasana
Menghapus tiap rintik hujan
Dan kembali melengkungkan pelangi di atas senyum ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
RomansaSebuah rangkaian kalimat yang dilontarkan untuk diri sendiri agar bisa segera bangkit dari hari-hari yang patah