🎶
Right now, I'm in a state of mind
I wanna be in like all the time
Ain't got no tears left to cry
🎶Aku benar-benar berterima kasih pada Nate saat itu karena pulang lebih awal dari yang kuduga. International Food Festival dua pekan lalu sangat ramai di malam hari, hingga aku mengira Nate akan menikmati waktunya di sana sampai acara berakhir. Namun, dia memilih pulang jauh lebih awal untuk mencoba permainan baru yang dirilis hari itu dan memberiku alasan untuk pergi dari Alby. Gila saja dia ingin memanfaatkanku untuk kepentingan pribadinya. Andai dia Pete atau Dave, yang jelas-jelas adalah teman baikku, mungkin akan kupertimbangkan untuk membantu mereka.
Dan aku bertemu lagi dengan hari-hari paling membosankan untuk yang keempat puluh lima kalinya. Aku mungkin kurang kerjaan karena menghitung hari sejak aku dinyatakan berhenti dari perusahaan majalah Jeff, tetapi aku tidak bisa berhenti melakukannya selagi menunggu berkas lamaranku mendapat jawaban.
Aku kembali memeriksa email masuk lewat laptop yang sudah kupandangi tujuh jam lamanya. Tahu apa dampaknya? Aku memakai kacamata. Intensitas waktu memandang layar monitor menjadi jauh lebih banyak dibandingkan dengan saat aku masih berstatus sebagai karyawan Jeff. Tolong, jangan kira ini kacamata minus seperti milik Nate. Ini hanya kacamata anti radiasi yang kubeli semenjak mataku mulai sakit jika menatap layar. Lalu apa hasil dari memeriksa emailku sore ini?
You have no inbox.
Aku sudah membuat email khusus untuk pekerjaan mengingat email yang lama sudah dipenuhi dengan keperluan freelancer. Ini berarti aku akan menjadi freelancer lebih lama lagi. Padahal aku sudah bosan mendekam di ruangan seukuran enam belas meter persegi ini. Mungkin aku harus mendekor ulang kamarku, mengisinya dengan beberapa boneka, lampu kerlap-kerlip, atau menempel foto-foto di dinding, agar kamar yang hampa ini tidak turut membuatku tambah depresi. Karena cat dinding warna abu-abu dan furnitur yang didominasi dengan warna putih membuatku tambah tertekan dengan beban pengangguran. Aku perlu suasana baru.
Sedikit membelanjakan uang untuk sesuatu yang menyenangkan kupikir takmasalah. Anggap saja self healing. Aku akan minta Nate menemaniku jalan-jalan ke 5th Ave besok. Hanya dia yang bisa kuminta untuk menemaniku-well, teman-temanku bukan pengangguran, jadi mereka sudah pasti menolak jika kuajak pergi di hari kerja. Menunggu weekend? Di sana akan sangat padat dan aku tidak bisa leluasa melihat-lihat. Jangan sarankan aku untuk belanja malam-malam, karena-percayalah-malam adalah waktu terbaik bagi otakku bekerja. Aku rela begadang demi hasil terbaik. Dan lihatlah kantung mata yang mulai menghitam ini.
Aku menutup lemari kecil di kamar mandi setelah menyimpan kembali sabun muka yang isinya sudah tumpah sedikit di ujung tiga jariku. Mencuci muka tidak pernah semenyegarkan ini, terlebih setelah hampir seharian.
Selesai membilas muka, aku memandang pantulan wajah di cermin dengan menumpukan tangan pada pinggiran wastafel. Wajah yang lelah. Aku tersenyum, mulai dari senyum yang tipis sampai yang kupikir adalah senyum terbaikku. Semuanya tampak sangat konyol. Katanya tersenyum akan membuat seseorang tampak lebih cantik, tetapi itu tidak berlaku padaku. Itu yang membuat orang-orang sering mengira aku adalah wanita yang tangguh-karena meski jarang tersenyum, aku tidak tampak menyedihkan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...