[Song Series][Completed]
Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan.
Orang bilang, di balik kesialan, akan di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎶 And when you touch me, I'm a fool This game I know I'm gonna lose Makes me want you more 🎶
Satu lagi makan siang bersama Alby dan mantan kekasih kami. Aku bisa melihat betapa bekas sepasang kekasih ini sangat senang ketika mengobrol, meski itu hanya seputar kerja sama mereka. Siapa lagi kalau bukan Alby dan Claudia? Mereka benar-benar sangat menikmati momen kebersamaan ini. Ah, aku benci berada di posisi di mana aku hanya menjadi pemerhati sekaligus pemberi simpati atas kandasnya hubungan mereka.
Aku merutuki Jeff yang hanya mampu tersenyum-senyum ketika memandang Claudia yang berbicara. Dia sungguh seperti seorang pria yang tak berhenti terpesona pada wanita-wanita cantik. Tidakkah dia menyadari situasi yang terjadi di sini? Aku tiba-tiba berharap dia peka dan akan menggagalkan rencana perjodohan demi mengembalikan Claudia kepada kekasihnya.
Sungguh sebuah keajaiban kalau itu sampai terjadi.
"Kau mau tambah Ravioli, Sayang?" Beruntungnya Alby masih memainkan peran sebagai kekasih dengan sangat baik. Karena jika tidak begitu, pengunjung restoran mungkin akan memandangku miris karena tidak diajak mengobrol sejak tadi.
"Nope. I'm full." Aku tersenyum manis kepadanya, anggap saja untuk memberi tahu Claudia dan Jeff bahwa kami pasangan yang bahagia. Bisa dibilang, aku mulai terlatih memainkan peran ini berkat hampir setiap hari makan siang bersama mereka.
Jika beruntung, setelah makan siang berakhir, aku bisa pulang dan mengerjakan beberapa job. Sayangnya, aku sudah kehilangan keberuntungan semenjak bertemu Alby. Dia merenggut semuanya dariku.
"Um, aku perlu ke belakang," ujarku pada Alby sembari melipat serbet yang sebelumnya menutupi pahaku.
Saat aku meletakkan sembarang serbet itu ke atas kursi, Alby meraih sebelah tanganku dan berkata, "Jangan buru-buru, aku akan menyusul." Lalu mengedipkan sebelah matanya.
Aku kaget dengan ucapannya. Tentu saja aku paham maksudnya, hal-hal kotor itu biasa dilakukan pasangan di kamar kecil jika ada kesempatan. Aku heran, tidakkah mereka merasa jijik?
Tadinya aku ingin mengelak, tetapi setelah mataku tak sengaja menangkap pemandangan Claudia yang mendadak murung—mungkin teringat insiden beberapa waktu lalu saat dia memergoki kami di toilet—membuatku jadi ingin ikut bermain-main dengan Alby. Lagi pula, Jeff sejak tadi tidak berhenti memperhatikan gerak-gerikku. Aku jadi risi, dan itulah alasanku ingin ke toilet. Sekalian saja kusajikan pertunjukan lovey dovey ini untuknya.
"Jangan sampai terlambat." Aku balas menggenggam erat tangan Alby sebelum melepaskannya dan pergi dari sana.
Setibanya di toilet, aku mencuci tangan dan menyapu sekitar bibirku yang agak lengket. Mungkin karena bumbu dari makanan yang kumakan tadi. Sekali lagi aku mencuci tanganku dan ketika kumatikan keran, sosok Alby muncul di belakangku. Aku melihatnya melalui cermin.