🎶
"Beri aku waktu sebelas bulan untuk percaya."
- Ava
🎶Aku tiba-tiba terbangun oleh sinar matahari yang merembes masuk di antara tirai jendela dan mendarat di wajahku. Biasanya kamarku akan seperti ini jika sudah pukul empat sore. Untuk memastikannya, aku meraba-raba nakas, mencari keberadaan ponselku. Namun, aku tidak menemukannya di mana pun, dan aku juga lupa di mana meletakkan benda itu sebelumnya.
Akhirnya aku duduk, untuk kemudian merasakan nyeri di kepala. Pusing sekali, seperti ada sesuatu yang sedang meremas kepalaku dengan kuat saat ini. Aku berusaha mengingat apa yang kulakukan semalam, hingga berujung teringat pada sampanye yang kuminum tanpa hati-hati. Momen bersama Alby di jembatan juga terlintas lagi di kepala. Ah, aku jadi merasa malu sendiri.
Selimut tebal yang menutup tubuhku kusibakkan, menampilkan gaun biru malam yang semalam kupakai ke pesta amal. Rupanya setelah taksadarkan diri, aku langsung tertidur sampai sekarang. Takada yang menggantinya dan aku cukup lega dengan itu. Sekarang Alby sadar untuk tidak lancang lagi setelah tahu bagaimana masa laluku. Bahkan dia juga tidak mengangkutku ke penthouse-nya. Ini 100% kamarku.
Gaun yang kukenakan tadi sudah tergantikan oleh dua potong pakaian rumahan; kaos abu kebesaran dan celana kulot selutut. Karena tidak berencana ke mana-mana, aku memutuskan memakai sesuatu yang nyaman untuk bersantai di rumah. Setidaknya, setelah mandi aku jadi jauh lebih segar meski nyeri di kepalaku masih belum sepenuhnya hilang.
Di rumah takada siapa-siapa. Nate meninggalkan catatan yang ditempel di kulkas kalau dia pergi ke kantor dan memintaku menghubunginya jika aku memerlukan sesuatu. Saat itu aku langsung sadar kalau ponselku belum ditemukan. Aku sudah mencarinya ke penjuru apartemenku, dan tak kunjung ditemukan. Sudah kucoba pula menghubungi nomorku sendiri sekadar untuk tahu di mana keberadaannya, atau siapa pun yang memegang ponselku bisa menerimanya. Namun, ponsel itu bahkan tidak aktif.
Bagian terburuknya, ponsel itu bisa saja masih berada di mobil Alby dan dibawanya pulang, lalu baterainya habis. Aku tidak tahu bagaimana cara menghubunginya sekarang karena tidak hafal nomor lain selain nomor ponselku sendiri, kecuali menunggu Nate datang.
Aku sedang menuang jus kemasan ke gelas ketika bel pintu depan berbunyi. Jarang sekali aku menerima tamu sesore ini, hingga aku agak skeptis dan berpikiran negatif kalau yang bertamu adalah orang-orang dari kantor lama Dad lagi. Alby belum memberi kabar kapan akan membayar utang Dad, jadi aku pikir orang itu mungkin akan datang lagi sekadar untuk mengingatkan. Walau rasanya mereka mungkin tidak serajin itu.
Meski dipenuhi kekhawatiran, aku tetap membukakan pintu.
"Hyunjoo!" Aku memekik ketika menemukan siapa yang berada di balik pintu. Kehadirannya adalah yang terbaik untuk saat ini.
"Aku akan sangat berterima kasih kalau kau mau mengambil beberapa plastik di tanganku, Ava. Ini berat."
Aku langsung menunduk untuk melihat bawaannya. Entah ada berapa kantong kresek di sana, dan semuanya terisi penuh. Tidak mungkin dia ingin menginap di sini, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...