64 - One problem leads to another

916 93 14
                                    

"Rumor dari utas Twitter itu tidak benar. Benar kami pergi ke hotel bersama, tapi bukan untuk melakukan hal-hal aneh. Kami menemui seorang teman di sana. Situasinya tidak bisa saya jelaskan, tapi semuanya murni karena rasa khawatir. Dia teman saya, yang juga kekasih Alby. Bukti bahwa kami memesan kamar yang berbeda bisa dilihat di layar di belakang."

"Masih ada yang tidak bisa dimengerti, situasi darurat macam apa sampai harus dibawa ke hotel? Jika dibawa ke rumah sakit, lebih masuk akal."

"Teman kami di Hartford perlu tempat menginap saat ditemukan nyaris tidak sadarkan diri. Hanya hangover dan bukan kondisi yang memerlukan bantuan medis. Dia hanya pengunjung di tempat itu. Kami menyusul untuk menjemputnya.

"Bukankah berlebihan kalau kalian sampai mencemaskan seseorang yang hanya mabuk?"

"Siapa yang tidak cemas jika orang itu bisa kehilangan kesadaran kapan saja saat mabuk? Orang jahat ada di mana-mana, lengah sedikit saja bisa mengakibatkan sesuatu yang buruk. Kami bahkan salah satu korbannya, tidak menyadari bahwa selama di perjalanan sudah diikuti dan difoto. Tolong jangan mengorek lebih banyak tentang teman saya. Konferensi ini diadakan untuk meluruskan kesalahpahaman."

"Bagaimana dengan artikel yang tersebar? Timing-nya pas, bisa jadi lobi hotel itu adalah hotel yang kalian tuju."

"Masih harus dijelaskan? Alby sudah mengunggah video yang sebenarnya. Penulis artikel itu menangkap potongan-potongan gambar dari video tanpa memperlihatkan waktu pengambilan video itu. Anda harus mencari tahu kabar terbaru dulu sebelum dipertanyakan kepada saya."

"Tadi Anda memberi tahu kalau teman Anda juga kekasih Alby. Siapa kira-kira orang itu?"

"Saya menghargai privasinya, jadi saya tidak akan memberi tahu siapa dia. Sekali lagi, semua itu hanya salah paham. Kami pergi bersama bukan karena ingin menghabiskan waktu berdua, apalagi kami sudah memiliki pasangan. Kalian sudah tahu saya sudah bertunangan dengan Jeffrey Austine. Tidak mungkin saya mengkhianatinya. Terima kasih."

•••

Acara itu berakhir dan digantikan oleh tayangan berita. Claudia Avery selalu menawan di setiap waktu. Kamera yang menyorot dari arah mana saja tidak akan mengurangi pesonanya. Bahkan caranya bicara di publik pun mendapat pujian dari orang-orang di dekatku.

Namun, aku justru memperhatikan hal lain. Matanya berkantung. Meski riasan mampu menutupi warna kehitaman di sana, tetapi itu masih bisa kulihat dengan jelas. Claudia tampak lelah, atau mungkin kurang tidur? Aku tahu berita itu membuat banyak orang menjadi kacau, terutama orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan Claudia nyaris terancam kehilangan kontrak kerja sama.

Aku sempat berpikir dia akan menyebutkan namaku. Keraguan menyita waktu beberapa saat sebelum dia menjawab pertanyaan terakhir. Jantungku berdebar ketika menantikan jawabannya. Aku ingat dia memintaku datang kemarin, yang mungkin berarti dia akan mengeksposku pada media. Dan melegakan saat tahu dia menutupinya.

"Aku penasaran siapa wanita yang mampu membuat si Alby itu berpaling dari Claudia."

"Kalau aku jadi dia, pasti sudah minder untuk dekat dengan Alby. Mantannya saja secantik itu."

Aku tidak sedang menguping obrolan mereka, sungguh. Namun, aku tidak bisa tidak mendengarnya karena mereka berada tepat di belakangku, menikmati minuman apa pun yang baru mereka buat. Dan aku belum bisa pergi karena masih mengaduk kopi.

Satu lagi, aku juga bukan menonton tayangan konferensi pers Claudia dengan sengaja. Aku kebetulan tiba di sini ketika TV di dapur karyawan menayangkannya. Dan aku tidak sendiri, ada lagi tiga wanita yang saat ini sedang bergosip.

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang