"Menurutmu, bagaimana Santorini?"
Setelah lima hari di sini, Paula baru saja menanyakan pendapatku. Obrolan remeh-temeh, benar, bukan? Sesuatu yang seharusnya sudah ditanyakan kepadaku berhari-hari yang lalu. Itu membuktikan kalau kami tidak banyak bicara. Semua orang sibuk. Kurasa mereka hanya belum siap meninggalkan pekerjaan, tetapi sudah terjadwal untuk liburan. Sedangkan aku, harus tetap setia mendampingi Alby di mana pun dia berada, meski pada akhirnya hanya sibuk dengan urusanku sendiri.
Kami baru pergi jalan-jalan hari ini. Setelah beberapa hari berwisata kuliner--kau tahu, makan siang ke resto a, makan malam ke resto b, begitu juga besoknya, ke tempat c, d, dan seterusnya, hingga kupikir kami sudah mengunjungi semuanya--hari ini kami pergi ke Pantai Kamari, lagi-lagi dengan diantar pria yang menjemput kami dari bandara kemarin.
Aku tersenyum pada Paula, yang baru saja datang dengan membawa segelas minuman dingin. Dia duduk di sebelahku dan meletakkan minumannya ke atas meja. Matahari cukup terik--sebagaimana musim panas, tetapi kami tidak perlu khawatir tentang kulit yang akan terbakar, karena meja-meja yang disediakan di sini memiliki payung besar yang terbuat dari daun kelapa kering.
"Kau membuktikan kebenaran dari ucapanmu saat membujukku. Um, Susan mana?"
Aku baru sadar, tadi Paula pergi bersama ibunya, tetapi kembali sendirian saja.
"Dad mengajaknya berkeliling, dan itu bagus. Kau pasti jenuh melihatnya terus membicarakan tentang perusahaan, bukan? Quality time-mu dengan Alby jadi berkurang."
Ha ha.
Aku tertawa dalam hati, meski yang kupamerkan pada Paula adalah senyum yang, kau tahulah, penuh sesal. Bagus saja kami tidak banyak bicara, aku bisa mengerjakan beberapa desain dari situs. Kalau bisa, aku ingin berterima kasih pada Albert sekarang.
"Aku bisa mengerti, tenang saja. Albert pasti jarang bertemu kalian, 'kan?"
Andai ada seleksi peran untuk film, mungkin aku akan lolos.
"Benar. Kau tidak perlu khawatir, hari ini kalian bisa bersenang-senang." Paula mengedipkan sebelah matanya sebelum mulai memainkan ponsel. Mode seriusnya baru saja menyala.
Aku mengalihkan pandangan ke laut biru agak gelap yang terhampar di depan kami. Airnya bening dan tidak keruh. Tampak gelap itu mungkin karena pasir di bawahnya yang berwarna agak hitam. Itu bukan sesuatu yang aneh, karena Santorini terletak di lereng gunung merapi yang sudah tidak aktif. Kurasa sisa-sisa material muntahan gunung merapi itu yang menjadikannya hitam.
Deru ombaknya sangat menggoda untuk didatangi, memanggilku untuk menenggelamkan diri di tengah-tengahnya. Sayangnya, aku tidak bisa berenang. Bermain-main di bagian terdangkalnya tidak akan membuatku puas. Hingga akhirnya aku hanya diam di sini, ditemani dua gelas limun, dan menonton orang lain bersenang-senang.
Aku mengeluarkan ponsel, bermaksud untuk mengabadikan pemandangan indah ini dalam jejak digital. Satu jepretan, dua jepretan, yang ketiga aku memperbesar tangkapan layar agar lebih banyak laut yang tertangkap kamera. Namun, aku justru menemukan Alby muncul ke permukaan laut dan berjalan mendekati pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romansa[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...