"Aku tidak punya teman dekat selain Hyunjoo. Apa memang harus dengan beberapa bridesmaid?"
Aku sedang menuangkan krimer ke secangkir kopi ketika kudengar Ava mengeluh. Tatapannya tertuju pada layar iPad yang menampilkan daftar apa saja yang harus dipersiapkan untuk pernikahan kami. Paula yang mengirimkan itu padanya sebagai seseorang yang pernah berpengalaman. Kami selesai makan siang setengah jam lalu dan sekarang memutuskan untuk bersantai di ruang tengah. Ini akhir pekan, kami tidak bekerja.
Baru seminggu lalu kami resmi bertunangan, pernikahannya sudah direncanakan dua bulan lagi, tepat di hari ulang tahunku. Bukan aku yang meminta, tetapi Ava mungkin merasa kasihan denganku karena lahir di bulan berbeda dari keluargaku. Setidaknya mulai tahun ini akan ada dua perayaan penting di tanggal tersebut.
Secangkir kopi tadi, aku membawanya menghampiri Ava yang duduk setengah berbaring di sofa panjang. Kakinya terulur di seluruh badan sofa, seolah-olah tidak memberiku kesempatan untuk duduk di sampingnya. Masih ada sofa lain, tetapi aku tidak bisa jauh-jauh darinya. Jadi, kopi tadi kuletakkan dulu di atas meja, lalu kakinya kuangkat dan aku duduk di bawahnya. Aku memangku kakinya yang cantik sekarang. Dia tidak protes, mengingat ini sudah menjadi hal biasa yang kami lakukan saat bersantai.
"Coba diingat-ingat dulu, siapa saja yang pernah kaukenal?"
Dahinya yang sedang berkerut itu ingin sekali kuhujani dengan kecupan yang banyak. Tidak ada yang salah dari memiliki keinginan untuk terus menyentuh seseorang yang dicintai. Aku juga tidak bisa menyembunyikan betapa aku sangat tergila-gila padanya. Semua aspek dari dirinya begitu sempurna, bahkan gumaman yang tercipta karena otaknya yang sedang berusaha mengingat-ingat itu terdengar seperti alunan yang merdu, sampai-sampai aku tersenyum dibuatnya.
"Di sini dikatakan kalau yang dipilih untuk menjadi bridesmaid adalah orang-orang terdekat. Keluarga atau teman dekat." Akhirnya iPad itu diturunkan dan dia menatapku sekarang. "Bagaimana kalau tidak pakai saja? Lagi pula, aku tidak mau membuat Hyunjoo repot untuk mengurusku."
"Kau sudah mendatangi desainer itu, apa mau dibatalkan?"
"Kau benar. Gaun yang dia tunjukkan padaku semuanya cantik-cantik. Aku sampai bingung memilih."
Aku menyesap kopiku sebentar sebelum dingin. Cairan itu hampir kuabaikan hanya karena terlalu asyik memperhatikan Ava.
"Kau bisa pesan semuanya. Tidak harus untuk bridesmaid, tapi untukmu juga. Bagaimana?" Kalau Ava menyukainya, aku akan berusaha mendapatkan itu untuknya. Itu adalah salah satu cara untuk menghabiskan uang. Meski setelahnya dia akan mengomel, tetapi aku tetap senang melakukan itu untuknya.
"Itu pemborosan."
Aku lantas mengecup lututnya ketika dia memicing. Dia memang lebih menghargai uang daripada aku. Dia bahkan sering mengatakan kalau kertas-kertas itu tidak akan begitu berharga bagi orang sepertiku. Kupikir tidak masalah, Ava sudah berjuang selama ini untuk mencarinya, sudah saatnya dia berhenti dan menikmati apa yang kuberikan untuknya. Namun, dia masih tidak bisa menerima pemikiranku yang satu itu. Bahkan sampai sekarang dia masih bekerja untuk penerbitan Troy.
"Memangnya aku akan memakai itu ke mana? Aku masih nyaman dengan pakaianku."
"Tapi kau akan banyak menghadiri banyak acara amal bersamaku setelah kita menikah, Sayang."
"Ugh. Aku lupa kalian suka menghamburkan uang untuk membuat acara seperti itu."
Aku tertawa begitu keras karena reaksinya. Tidak peduli kalau tunangannya, calon suaminya, adalah bagian dari itu, dia masih akan terus mengejek kebiasaan-kebiasaan kami yang tidak masuk akal baginya. Alih-alih tersinggung, aku justru merasa terhibur.
![](https://img.wattpad.com/cover/265676005-288-k122874.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...