86 - Risky Thing

680 80 7
                                    

Apa harapanku tentang sebuah hubungan?

Bagaimana hubungan itu seharusnya berjalan?

Apakah setiap hubungan harus selalu diawali dengan pengakuan dari kedua belah pihak?

Aku tidak tahu, aku tidak pernah tahu apa yang harus kulakukan. Berkencan dengan Alby jelas jauh berbeda dengan bagaimana aku menjalaninya saat bersama Jeff dulu. Jeff tidak membuatku berusaha terlalu keras, dia selalu menjadi pihak yang lebih banyak memikirkan bagaimana agar kami bisa bertahan. Karena itu, aku tidak pernah tahu apa yang harus kulakukan. Maksudku, apakah bicara terlalu jujur akan membawa masalah? Setelah mengutarakan apa yang kurasakan, aku justru khawatir Alby akan berubah pikiran.

Kejujuranku mungkin akan membuatnya merasa ilfeel. Setelah dipikirkan lagi, itu adalah pengakuan yang memalukan. Tanpa aku berkata kalau aku mencintainya pun, dia sudah bisa menangkap dengan jelas maksud dari perkataanku. Bagian terburuknya, ekspektasiku bisa saja membebaninya. Terlebih lagi aku tidak menjelaskan apa yang kumau. Kuharap dia tidak bertanya, karena aku belum memikirkan apa-apa untuk saat ini.

Memikirkan kejadian hari ini membuat kepalaku terasa berat. Aku memiringkan kepala hingga akhirnya membentur kaca jendela cukup keras. Lengkap sekali penderitaan hari ini.

"Apa kau sungguh baik-baik saja dengan dia bersikap seperti itu?"

Aku ingin sekali mengumpat karena Pete baru bicara setelah beberapa blok dari gedung apartemen Alby. Kesunyian yang tercipta tadi memberiku waktu untuk merenungi banyak hal. Tempat-tempat bagus yang kami lalui juga tidak berhasil mengalihkan pikiranku.

"Yang tadi itu ... kau terlalu jelas memperlihatkan rasa tidak suka padanya." Biar bagaimanapun, aku tidak bisa untuk marah pada Pete. Di samping sudah banyak membantu, dia adalah teman yang baik. Ah, satu-satunya yang terbaik.

Pete diam cukup lama, sampai-sampai aku melirik melalui kaca spion di atas dasbor hanya untuk melihat seperti apa wajahnya sekarang. Aku tidak tahu kalau kata-kataku terlalu rumit sampai dia harus berpikir keras meresponsnya.

"Aku hanya masih tidak bisa percaya kalau pria sepertinya akan benar-benar jatuh cinta padamu."

Jujur saja, aku sudah mendengar kata-kata itu sesaat setelah aku menceritakan bagaimana hubungan kami berubah. Aku bisa mengerti kalau dia mengkhawatirkanku, tetapi aku merasa lama-lama itu terdengar menyebalkan, apalagi di saat seperti ini.

"Apa aku perempuan yang tidak bisa disukai oleh semua orang? Seburuk itukah?"

"Eh? Bukan itu maksudku." Dia buru-buru menyela. "Aku hanya merasa ada ketidakseimbangan ketika melihat kalian bersama."

Baiklah, sekarang aku tertarik mendengar bagaimana pendapatnya tentang itu dan sudah mengubah posisiku menjadi menghadapnya. "Di bagian mana yang tidak seimbang?"

"Gaya hidup kalian. Dia terlalu ekstra."

Aku mencebik, merasa itu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan alasan. Mungkin dia lupa kalau Jeff juga seorang pria kaya, yang tidak pernah absen membeli hadiah meski aku tidak butuh dan tidak pernah berbalik memberinya sesuatu.

"Apa itu masuk akal? Aku sudah bisa memakluminya karena, ya, begitulah orang-orang kaya membelanjakan uangnya."

"Dia terlalu angkuh, tidakkah kau merasa begitu?"

Pete berhasil mengingatkanku pada awal-awal pertemuan kami. Keangkuhannyalah yang membuat orang-orang terintimidasi berada di sekitarnya. Untuk yang satu itu, memang benar. Namun, makin ke sini, aku tidak lagi melihat itu sebagai sesuatu yang menyebalkan. Mungkin karena sudah terbiasa?

"Ya. Pete, aku tahu kau berusaha mengingatkanku agar tidak terbuai oleh sikapnya. Tapi aku sedang dimabuk asmara sekarang. Kau tahu apa hasilnya menasihatiku sekarang, 'kan? Seperti menuang air di gelas yang sudah penuh. Aku berjanji tidak akan mengganggumu ketika suatu saat nanti aku menyesali pilihanku sekarang."

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang