Tiba juga hari di mana kami berempat pergi berlibur ke Jackson, Wyoming. Aku tidak tahu harus merasa senang, gelisah, atau takut. Aku tidak mengharapkan liburan ini, waktunya terlalu lama. Sempat kukira double date yang dimaksud hanya pergi jalan-jalan ke Central Park, atau menikmati kopi di kafe-kafe yang tidak biasa kami datangi, atau menonton bersama di bioskop. Ya, sesederhana itu kencan yang kupikirkan.
Sebelumnya, aku tidak bisa membayangkan akan melakukan perjalanan jauh bersama orang-orang yang tidak cukup dekat denganku. Tidak peduli jika orang-orang itu adalah kekasihku, mantan yang sudah kubersamai selama empat tahun, serta teman yang pernah sangat dekat dan sekarang menjadi sangat asing. Ini jelas akan berbeda jika dibandingkan dengan pergi bersama Hyunjoo, Pete, atau Dave. Seminggu akan terasa sangat lama tanpa mereka.
Kami berangkat sore satu hari sebelum tanggal dua puluh. Ini akan menjadi perjalanan yang melelahkan untukku karena langsung dibawa Alby ke bandara tepat dari kantor. Rasa lelah makin menjadi-jadi setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima jam penerbangan tanpa transit. Beruntungnya kami tidak berangkat bersama Jeff dan Claudia, aku jadi bisa tidur di sepanjang perjalanan dan Alby cukup mengerti soal itu. Dia baru membangunkanku ketika pesawat akan mendarat.
Perjalanan kali ini bahkan lebih singkat daripada ke Santorini, tetapi rasanya jauh lebih melelahkan. Risiko melakukan perjalanan setelah bekerja seharian, kurasa.
"Kita tidak melakukan apa-apa malam ini, bukan?" Dan aku menguap sebelum melanjutkan kalimatku. "Aku mengantuk."
Alby menarik bahuku agar menempel padanya. Aku tidak mengelak karena bersandar di bahunya akan terasa lebih nyaman daripada kaca jendela mobil. Dengan telapak tangannya mengusap bahuku naik turun, aku tidak bisa menahan mataku tetap terbelalak. Rasanya seperti sedang dinyanyikan senandung pengantar tidur.
"Hanya makan malam. Aku meminta Claudia dan Jeff menunggu kita untuk makan malam bersama."
"Kita sudah makan di pesawat tadi, 'kan?" Mataku setengah terpejam saat membalas. Sungguh, lima menit lagi seperti ini, aku mungkin akan tertidur pulas.
"Tapi mereka belum." Bisa kurasakan bahunya mengendik sebentar, tetapi itu tidak membuatku menjauh darinya.
"Sejak kapan kau peduli dengan kebutuhan perut mereka?"
"Karena mereka pasti akan menunggu kita untuk makan malam?"
Aku tertawa main-main. Jelas tidak ada yang lucu untuk ditertawakan. "Karena kau minta mereka menyiapkan, bagaimana mungkin mereka akan makan lebih dulu dan memberi makanan sisa untuk kita. Kau menyiksa mereka."
Jentikkan jarinya terdengar nyaring di sini. "Tepat sekali."
Sekitar pukul sembilan malam waktu setempat, kami baru tiba di penginapan. Udara dingin Jackson Hole menyambut kami begitu keluar dari mobil. Aku memandang bangunan cokelat dua lantai di hadapan, mengabaikan Alby yang mungkin saja kerepotan mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Jendelanya di samping pintunya sangat besar, tingginya nyaris menyentuh atap. Melalui jendelanya yang dilapisi tirai tipis, aku bisa melihat isi dari vila yang akan kami tempati sampai ke lantai dua.
Seluruh halaman depan vila diselimuti salju. Hanya jalan untuk lewat saja yang dibersihkan agar mudah dilewati. Lampu jalan berwarna kekuningan, memberi kesan yang hangat di malam yang dingin ini. Di dekat teras terdapat sepasang lampu berbentuk sepasang orang-orangan salju. Benda itu akan berhasil menarik perhatian anak-anak yang juga berkunjung ke sini.
"Ayo, masuk." Alby sudah berada di sebelahku. Tangannya mendorong troli--yang aku tidak tahu dia dapat dari mana--berisi empat koper besar. Aku penasaran apa isi saja yang dibawanya sampai memerlukan empat koper. Padahal kebanyakan pria membawa lebih sedikit barang daripada wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...