12 - The Act

1K 118 35
                                    

🎶Angel eyes, tell me liesGonna give you my heart to break🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶
Angel eyes, tell me lies
Gonna give you my heart to break
🎶

Aku tidak menyangka akan melakukannya, ini bahkan sangat jauh dari kebiasaanku. Walau sebelumnya, aku juga sering berdiri di depan cermin di kamar mandi lebih lama dari waktu mandi. Namun, kali ini entah kenapa ada sesuatu yang memiliki gejolak aneh, seperti ingin mencari pembuktian atas sesuatu. Dan sesuatu ini adalah apa yang diucapkan Alby minggu lalu.

"Tubuhmu indah, kau tak perlu malu."

Aku baru sekali mendapat pujian itu dan tidak pernah sampai terus-terusan mengingatnya seperti sekarang. Maksudku, apa semua orang akan bereaksi serupa setelah dipuji?

Pagi ini aku berdiri di depan cermin full body di belakang pintu kamar mandi hanya dengan mengenakan underwear berwarna cokelat. Aku sudah mandi dan baru saja mengeringkan tubuhku. Takada bedanya dengan kebiasaanku berlama-lama di kamar mandi, bedanya hanya pada apa yang kulakukan setelah mandi.

Biasanya aku akan tersenyum, seperti orang tidak waras. Katanya dengan tersenyum, kebahagiaan akan datang. Namun, aku tidak yakin itu bekerja untukku. Sebab sebanyak apa pun aku tersenyum, kebahagiaan tak kunjung datang. Entah caraku yang salah, atau aku memang tidak ditakdirkan untuk bahagia. Coba kupikirkan lagi, apa yang bisa cermin lakukan untuk membuatku bahagia selain hanya mampu memantulkan bayanganku? Mungkin senyumku salah sasaran.

Itu yang kulakukan seminggu lalu sebelum ucapan Alby mengubah kebiasaanku. Cermin di depan wastafel sudah tidak kupandangi lama-lama lagi. Takada senyum konyol yang biasa kulakukan, tetapi wajah yang bingung. Ya, aku tidak tahu dari sisi mana tubuhku yang tipis ini bisa disebut indah. Aku sadar ucapan itu hanya untuk meredakan panik yang menerjangku setelah tragedi Alby mengganti pakaianku. Namun, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Pria itu seperti punya kemampuan untuk membuat orang lain takbisa menyapunya dari ingatan.

Ah, sudahlah. Waktuku terlalu berharga untuk dipakai memikirkan tentangnya.

Tepat waktu. Pintu kamar mandi diketuk ketika aku sedang mengenakan jubah mandi milikku yang berwarna abu-abu gelap. Nate mandi lebih dulu dariku hari ini, dia bilang akan ada evaluasi mingguan di kantor. Makanya dia tidak mendesakku untuk segera membukakan pintu. Paling hanya perlu buang air sebentar sebelum dia berangkat.

Aku keluar dari kamar mandi sambil menunduk untuk mengikat tali jubah. Aku tidak fokus pada apa yang ada di depanku, hingga menabrak sesuatu yang tidak kalah keras dari dinding.

"Alby!" Mataku yang melotot kaget bersirobok dengan miliknya. Aku melangkah mundur lagi dan menabrak pintu kamar mandi yang dipasangi alat khusus agar bisa tertutup secara otomatis. Penampilanku sangat-sangat tidak layak untuk menemuinya. Well, bukan berarti aku harus berpenampilan baik untuknya.

"Apa yang kaulakukan di rumahku?" Aku menyilangkan tangan di dada ketika mata Alby tak berhenti menjelajahi tubuhku. Sekarang aku jauh lebih yakin kalau dia pria mesum. Setelahnya aku melesat secepat kilat menuju meja makan. "Nate! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau dia datang? Dan kenapa tidak disuruh menunggu di ruang tamu?"

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang