Akhirnya hari yang dinanti-nantikan Dad tiba. Hari di mana separuh beban hidupnya akan dilimpahkan padaku. Dia akan melanjutkan hidupnya dengan tenang dan nyaman, bahkan sangat memungkinkan kalau dia akan jarang di rumah dan menyeret Mom pergi berlibur ke mana pun. Mungkin memang sudah seharusnya begitu setelah memimpin Mate Inc. tiga puluh tahun lamanya.
Bibirku sudah berkedut karena terlalu banyak tersenyum sejak satu jam yang lalu. Para tamu tidak berhenti berdatangan dengan pakaian terbaik mereka, yang bahkan hampir semuanya adalah kenalan Dad dan rata-rata sudah berumur. Aku berdiri tidak jauh dari panggung dan mereka semua akan menghampiriku lebih dulu untuk bersalaman. Dad juga melakukan hal yang sama, tetapi di sisi lain ruangan ini. Yang membuat kami berbeda adalah, Dad jauh lebih bersemangat menyambut mereka daripada aku. Lagi pula, orang-orang ini didominasi oleh kenalannya.
Acara hari ini diadakan di aula hotel kami, yang merupakan bagian dari Aleo Group. Awalnya Dad tidak setuju, dan ingin mengadakannya di hotel terbaik New York. Namun, Paula berhasil membujuknya dan berkata kalau acara ini bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan hotel kecil kami ke kalangan pebisnis. Sekarang aku sadar kalau Aleo Group sudah diurus oleh tangan yang tepat.
Kuperhatikan sekeliling selagi belum ada tamu yang datang untuk bersalaman denganku. Tempat ini menjadi luar biasa setelah Dad turun tangan untuk menangani dekorasi ruangan. Simpel, tidak terlalu berkilau, tetapi benar-benar elegan, sesuai dengan selera Dad. Dari depan panggung sampai belakang, terdapat tiga puluh meja bundar dengan dikelilingi enam kursi. Di setiap meja terdapat vas penuh bunga di tengahnya. Di sisi kiri panggung diisi dengan sekelompok pemain musik bersetelan jas. Sementara di sisi kanan panggung dan memanjang sampai dekat pintu adalah ruang untuk bufet makanan dan minuman. Meski begitu, masih ada beberapa pelayan yang berkeliling menghampiri tiap-tiap meja untuk menuangkan anggur ke gelas para tamu yang sudah berdatangan dan menunggu acara dimulai.
"Kau terlihat tegang." Suara itu membuatku berbalik badan dan tersenyum lagi sembari berjabat tangan dengan orang itu.
"Terima kasih sudah datang." Aku tidak percaya akan mengatakan itu, sebesar rasa tidak percayaku mengundangnya datang ke sini.
"Percayalah, aku tidak datang karenamu." Troye Anderson, adik dari pria yang sudah menghancurkan hidup Paula, menyunggingkan seringai penuh percaya diri. Sebagai bentuk terima kasih karena sudah memberi tahu tempat tinggal baru Ava, aku mengundangnya untuk datang.
"Kau ingin bertemu kekasihku, aku sangat paham soal itu."
Troye menyugar rambut cepaknya diiringi helaan napas yang dibuat-buat. "Kau tidak harus menegaskan statusnya. Kalau aku tidak peduli dengan perasaannya, mungkin aku masih berusaha mengejarnya sekarang."
"Kalau begitu, terima kasih kau tidak melakukannya." Aku menepuk lengannya dua kali sekaligus sebagai isyarat untuk pergi meninggalkannya. "Silakan buat dirimu nyaman."
Saat mengedarkan pandangan, aku tidak sengaja menemukan Paula sedang berjalan menghampiriku. Dia sudah menatapku meski sesekali harus memberi senyum pada tamu yang dia lewati.
"Di mana Ava?" Itu yang langsung dia tanyakan padaku.
"Masih bersiap di kamar." Aku mengernyit begitu sadar berapa banyak waktu yang sudah terbuang untuk dia melakukan itu. "Setidaknya itu yang sedang dia lakukan sebelum aku turun lebih dulu."
"Siapa yang membantunya?" Pertanyaan Paula terdengar seperti desisan dan itu berhasil membuatku mulai gelisah, apalagi setelah ingat Ava sedang bersama siapa.
"Claudia. Aku harus menemui mereka."
Nama itu lagi. Sebanyak apa pun aku berusaha menyingkirkannya, wanita itu selalu punya cara untuk muncul kembali di depan wajahku. Kali ini sebagai teman yang baik untuk Ava. Entah bagaimana itu terjadi, mereka seperti dua orang yang mengenal baik satu sama lain meski sebelumnya sempat bersitegang. Walau sebenarnya Claudia yang berusaha memperbaiki hubungan dengan Ava. Ava pun risi pada awalnya, tapi lama-lama menyerah. Mereka beberapa kali membuat janji bertemu dan aku tidak bisa melarang, karena tidak mungkin membiarkan Ava menghabiskan waktu seharian di penthouse sendirian sementara aku pergi bekerja.
![](https://img.wattpad.com/cover/265676005-288-k122874.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...