[Song Series][Completed]
Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan.
Orang bilang, di balik kesialan, akan di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️
🎶
Aku benar-benar merasa tidak enak pada Troy. Dia tidak cukup berbahaya untuk membuatku menghindarinya. Aku tidak setakut itu pada pria, aku hanya enggan mengetahui rasa ketertarikan mereka padaku. Aku bukan menganggap Troy sebagai salah satunya, tetapi sejak awal pertemuan kami, aku tidak cukup bodoh sampai tidak merasa kalau Troy sempat melontarkan pickup lines kepadaku. Walau di sisi lain aku juga berpikir dia hanya sedang bersikap ramah.
Sekarang, ketika aku mulai menikmati berada di tempat berisik ini, ketika aku berusaha memanfaatkan keuntungan dari berada di tempat ini; untuk bersenang-senang dan melepas ketegangan yang terus memicu emosiku, Alby datang dan merusak semuanya. Dari awal kemunculannya, dia memang pengacau.
Aku sampai tidak sempat berpamitan dengan benar dan dia sudah menyeretku keluar dari bar. Kami di basemen parkiran, berjalan cepat di antara deretan mobil-mobil mewah seperti kami adalah model yang sedang mereka saksikan aksinya. Aku benar-benar benci ketika dia menarik tanganku dan tidak mengatakan apa-apa. Apa dia lupa saat marah dia selalu berpotensi menyakiti orang lain? Lihat saja urat-urat tangannya yang menyembul ketika mencengkeram tanganku.
"Kita mau ke mana?" Sebenarnya, itu kali kedua aku bertanya padanya dan tidak akan kulakukan jika yang pertama sudah mendapat jawaban.
Alby tetap bungkam, dan kemarahannya kali ini tidak berdasar, persis seperti ketika dia menyeretku keluar dari acara pertunangan Jeff dan Claudia. Entah apa alasannya, aku masih tidak tahu sampai sekarang dan sudah lupa. Aku tidak akan mengingatnya lagi andai kejadian serupa ini tidak terulang lagi.
"Alby, pelan-pelan!" protesku ketika dia mempercepat langkahnya. Aku memakai bot berhak dan jujur saja aku sudah berkali-kali hampir kehilangan keseimbangan karena dipaksa berjalan cepat-cepat.
"Kau menyakitiku, Alby!" Aku berteriak dan dia melepaskan tanganku. Pria ini berbalik cepat dan aku segera melangkah mundur. Dia meraih tanganku lagi, tetapi aku menepisnya.
Aku bersandar pada BMW hitam yang entah milik siapa. Aku cukup beruntung karena barang mahal ini tidak memiliki alarm ketika seseorang menyentuhnya. Karena jujur saja, aku sangat memerlukan ini; mengistirahatkan kakiku sejenak dan menghirup napas sebanyak-banyaknya.
"Apa aku tidak boleh bersenang-senang?"
Oke, mari kita coba luruskan situasi ini. Aku hanya ingin tahu alasannya. Dan karena dia tidak kunjung bicara, aku yang akan melakukannya. Alby menatapku agak tajam, itu sudah berarti kalau dia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaanku.
"Apa hanya kau yang boleh tertawa, menikmati pestanya dan aku tidak? Kau yang membawaku ke sini, aku berusaha agar tidak merengek minta pulang tapi kau mengacaukannya, Alby. Selalu seperti itu." Mungkin aku sudah membentaknya, tetapi aku tidak peduli. Menyukai seorang pria seperti Alby ternyata sangat berat. Tidak pernah kumengerti apa maunya.