52 - Confession from His Ex

934 116 4
                                    

Claudia - Apa kita bisa bertemu?

Aku menggenggam ponsel dan mataku terpejam sebentar. Setelah sekian lama, dia baru menghubungiku lagi. Aku tidak perlu bertanya ada keperluan apa karena sudah pasti itu tentang Alby. Kalau dia memang masih memiliki perasaan itu padanya, kenapa tidak langsung mengutarakannya saja? Mereka benar-benar cocok, sama-sama merepotkan.

Aku malas membalasnya, jadi kusimpan lagi ponsel ke dalam saku jaketku dan kembali mendorong troli. Hyunjoo sudah berjalan beberapa langkah di depan karena aku sempat berhenti tadi. Dia bahkan tidak sadar aku belum beranjak karena terlalu sibuk memilih aroma parfum, padahal pada akhirnya dia akan membeli yang biasanya dia pakai.

Kupandangi troli yang nyaris penuh karena belanjaan kami. Camilan dan minuman mendominasi. Ada beberapa botol wine juga. Akhir pekan ini aku akan menginap di apartemennya untuk merayakan pesta lajang kecil-kecilan. Hanya kami berdua. Hal itu biasa dilakukan untuk meredakan ketegangan si calon pengantin, dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan.

Hyunjoo mengaku sudah membuat daftar apa saja yang ingin dilakukannya nanti, sebagai teman dekatnya, sekaligus yang akan menjadi maid in honor-nya, aku harus turut berpartisipasi pada apa pun yang dia inginkan. Bridesmaid Hyunjoo yang lain adalah teman-teman dekatnya saat di Korea dan hanya bisa datang satu hari sebelum acara. Otomatis, aku yang bertanggung jawab penuh atas semua kebutuhannya.

"Menurutmu mana yang aromanya lebih kuat?" Hyunjoo menyodorkan dua botol parfum dan aku segera mengendus satu per satu. Hidungku spontan berkerut karena aromanya yang tidak biasa.

"Keduanya bukan seleramu," sahutku dan bergidik karena aromanya masih bersisa di hidungku.

"Aku ingin memakainya saat pesta lajang."

Aku lantas memicing. "Kau akan membuatku pingsan, Joo. Jangan yang itu. Tidak perlu pakai parfum, kita tidak berencana menggoda siapa-siapa, 'kan?" Aku menggosok hidung agar aromanya benar-benar lenyap.

"Siapa bilang?" Dia meletakkan kembali botol parfum tadi ke tempatnya dan tersenyum sangat lebar. "Aku sudah mencari referensi pesta lajang di sini, mereka mengundang strippers!"

Aku melotot dan tidak yakin apakah bisa lebih lebar dari ini. Hyunjoo pasti sudah gila kalau mengundang penari pria telanjang ke apartemennya. Itu mungkin biasa terjadi di sini, tetapi karena Hyunjoo orang Asia, aku tidak ingin dia terpengaruh budaya sini. Apa yang akan Dave lakukan kalau dia tahu?

"Aku akan pulang begitu mereka muncul." Kudorong troli mendahuluinya. Aku tidak bisa berhenti membayangkan ketika strippers itu menari di depan kami. Tidak. Itu menggelikan. Bayangkan saja ada seorang pria meliukkan tubuhnya dengan gemulai di depanmu. Kalau aku, pasti akan muntah.

Hyunjoo menghampiriku dan tertawa geli. "Aku bercanda. Lagi pula, priamu pasti akan cemburu kalau kekasihnya bermain dengan pria lain."

"Priaku?-Oh!" Aku nyaris lupa kalau Hyunjoo tidak mengetahui tentang hubungan palsu itu. Baguslah Pete tidak bercerita pada Dave, karena jika itu terjadi, Hyunjoo juga pasti akan tahu.

"Kalian belum berakhir, 'kan?"

"Um, ya, begitulah." Aku membalas sekenanya dan berpura-pura tertarik pada salah satu produk di rak yang kami lalui. Hyunjoo tidak boleh tahu kalau aku sedang berbohong.

"Akan kupastikan buket pernikahanku mendarat di tanganmu." Girang sekali dia saat mengatakan itu.

"Untuk apa?"

"Tentu saja agar kau segera menyusul! Alby adalah sebuah kesempurnaan, kau tidak boleh melepaskannya, Ava!" Hyunjoo terlalu bersemangat sampai menggamit lenganku dengan sangat erat.

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang