27 - Real Girlfriend

932 108 11
                                    

"Oke, sekarang kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Ini kali ketiga kau melakukan-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke, sekarang kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Ini kali ketiga kau melakukan-"

"Makan dulu, baru bicara."

Alby melanjutkan sarapannya dengan tenang setelah menyumpal mulutku dengan sepotong sandwich. Tidak mengerti saja dia kalau aku sangat ingin cepat-cepat pulang saat ini. Sayangnya, apa dia pernah mau mengerti yang kuinginkan? Yang dia lakukan selama ini hanya membuatku terpaksa membiasakan diri dengan apa yang diinginkannya. Dia tidak akan peduli apa pun selain misinya membuat Claudia bertekuk lutut padanya dan memohon untuk kembali.

Kalau kuperhatikan, mood pria ini tampak sangat baik. Wajahnya semringah dan dia banyak tersenyum, bahkan pada seorang pelayan wanita yang baru saja menuangkan teh ke gelasnya. Wanita itu tersipu malu sebelum menatapku dan wajahnya spontan merengut. Aku merasa seperti kebalikan Alby saat ini. Apa karena penampilanku yang terlalu seadanya dan dirasa tidak pantas untuk duduk bersama Alby di sini?

Aku jadi sering merendahkan penampilanku semenjak mengenal Alby.

Suara dentingan sendok dan garpu yang diletakkan di atas piring kosong menarik perhatianku, itu pertanda kalau Alby sudah menyelesaikan sarapannya. Kurasa aku sudah bisa melayangkan protes sekarang.

"Aku sudah bisa bicara, 'kan?"

"Ya, silakan." Alby membalas dengan gaya sok formal ketika bibir cangkir belum menyentuh bibirnya.

Aku belum bicara lagi sampai jakunnya bergerak naik turun ketika teh di cangkir itu mengalir dalam kerongkongannya. Itu berhasil mengalihkan perhatianku selama beberapa saat dan dengan sekuat tenaga kusadarkan diri ini agar kembali fokus.

"Tentang liburan keluargamu, Paula sempat menghubungiku, dia masih memaksa--seperti yang kaukatakan. Aku tidak memberi jawaban pasti dan selama seminggu penuh memikirkan alasan untuk menolak." Aku menjeda untuk mengambil napas. "Aku belum menemukannya dan sekarang kau justru menyarankan agar aku ikut."

"Kau berubah-ubah, Alby, aku tidak bisa terus menuruti maumu." Aku masih bicara, bahkan ketika dia sudah membuka mulut, nyaris membalas kata-kataku.

Kurasa apa yang Alby ingin ucapkan telanjur tertelan bersama ludahnya sendiri. Dia sedang memikirkan respons untukku dan aku menunggunya dengan kalem, tidak, tetapi berusaha untuk tetap tenang. Karena, ya, aku tidak bisa dipermainkan terus seperti ini.

"Pada akhirnya aku tidak bisa menolak Paula. Dia sangat menyukaimu dan aku juga tidak punya alasan untuk menolaknya."

Oke, itu alasan paling yang tidak bisa kuterima. Pantas saja dia terus memintaku untuk memikirkan alasan menolak.

"Bagaimana dengan orangtuamu?" Satu-satunya alasan yang memberatkanku untuk ikut liburan.

Paula sendiri sudah berhasil membujukku, mudah saja mengiakan ajakannya, tetapi tidak untuk berbohong di depan orangtua mereka. Aku sudah memberi tahu Alby soal itu, tetapi seperti yang kalian tahu, dia tidak memberikan solusi apa-apa dan terus membuat keputusan yang berubah-ubah.

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang