Bonus 4 - Wedding Day

506 28 19
                                    

Aku tidak bisa mencegah rasa gugup ini menyerang hingga membuat dadaku sesak. Sesuatu seperti ini tidak pernah kurasakan sebelumnya, apa pun situasi yang kuhadapi saat itu. Aku tidak bisa berhenti mengembuskan napas yang berat, sembari berpikir itu akan meringankan perasaanku.

Kemarin-kemarin aku terus menantikan hari ini segera tiba dengan antusiasme yang begitu besar, berpikir hari ini akan menjadi momen paling membahagiakan. Entah bagaimana dalam semalam semuanya berubah jadi sangat mendebarkan. Ini jelas bukan rasa rindu yang mencekik karena aku tidak dibiarkan bertemu Ava sejak tiga hari yang lalu. Kami masih saling berkirim pesan, tetapi itu tidak cukup. Yang kurasakan saat ini jelas berbeda.

Berdiri di ujung karpet putih, yang diapit oleh berbaris-baris kursi yang akan ditempati oleh tamu, bersama seorang pria yang akan memimpin upacara pernikahan kami hari ini, seharusnya aku bisa tersenyum. Namun, bibirku terasa kaku. Dengan dihadiri oleh tamu yang tidak bisa dibilang sedikit ini aku sangat takut melakukan kesalahan. Aku khawatir momen hari ini tidak berjalan sesuai rencana. Terlebih lagi, tidak ada satu pun yang mengabari tentang Ava dan tidak ada yang bisa kutanyai. Hyunjoo bahkan masih belum tampak batang hidungnya. Ada Claudia sebenarnya, tetapi sebagai salah satu pendamping pengantin, dia pun tidak tahu sejauh mana progres persiapan Ava.

Ya ampun. Tempat ini bahkan terlalu cantik untuk wajahku yang muram.

Dekorasi pernikahan kami semuanya kuserahkan pada Ava untuk memilih. Dia menginginkan sesuatu yang didominasi oleh alam, berarti menjadi tugasku untuk menyewa Central Park untuk menjadi lokasi resepsi pernikahan kami. Upacara pun dilaksanakan di ruang terbuka. Untuk furnitur, semuanya didominasi dengan warna putih, termasuk bunga-bunga yang mengelilingi venue. Begitu juga dengan pakaianku saat ini. Setelan tuksedo putih dengan kemeja warna abu-abu gelap di dalamnya. Katanya putih itu warna yang bersih, dan dia ingin pernikahan kami menjadi pengingat bahwa kami memulai hidup baru di atas lembar kanvas kosong. Hari-hari yang kami jalani bersama nanti adalah warna yang akan mengisi kanvas tersebut.

Itu perumpamaan yang cukup indah menurutku. Ava mempertimbangkan semuanya dengan baik. Dia pun sama denganku, menjadikan pernikahan ini sebagai momen paling berharga seumur hidupku.

"Selamat ulang tahun."

Suara seseorang membuatku menoleh ke kanan. Kutemukan Troy berjalan menghampiriku dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana. Dulu aku membenci pria ini tanpa alasan dan sekarang aku punya banyak alasan untuk menjadikannya teman. Aku tersenyum singkat sebelum berkata, "Terima kasih."

"Kau melupakan ini." Sebelah tangannya ke luar dari saku celana bersama sebuah kotak beludru warna putih.

Aku spontan melirik meja kecil tempat nampan cincin berada, tetapi yang dibutuhkan tetap ada di sana. Kotak itu berisi apa lagi?

Kendati demikian, aku tetap menerima kotak itu ketika dia menyodorkannya padaku. "Pin mistletoe?" Aku menatapnya sekali lagi, sambil mempertanyakan apa alasan Troy memberi ini padaku. Aku bahkan masih dengan jelas mengingat kalau model mistletoe ini mirip dengan bandul kalung yang pernah kuberikan pada Ava. Warnanya juga putih bersinar, tetapi ukuran pin ini lebih besar.

"Ava ingin kau memakainya. Dia tidak sempat memberikannya padamu."

Ah, ini benar dari Ava. Tanpa sadar, senyumku tersungging.

Namun, kalau Troy yang memberikannya padaku, artinya dia sudah bertemu Ava. Fakta bahwa dia bertemu Ava lebih dulu membuatku kesal, bahkan dia tersenyum ketika memberi tahu bahwa benda itu dari calon istriku. Daripada Troy yang ke sini, kenapa Ava tidak meminta Paula saja? Toh kakakku itu pasti sedang membantunya berpakaian saat ini, apalagi gaun pengantin Ava merupakan rancangannya. Tanpa sadar, aku meremas kotak beludru itu dengan kuat.

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang