Hari yang kunantikan akhirnya tiba. Kendati demikian, aku tidak cukup senang menghadapinya. Kami akan kembali ke New York hari ini, dengan penerbangan siang. Setelah ini, aku akan sangat repot. Pertama, membawa pakaian dari Paula yang kupakai selama ini ke penatu. Meski sudah dicuci dengan jasa dari pihak penginapan, tetapi aku tidak merasa tenang kalau bukan aku sendiri yang akan membawa ke penatu dan mencucinya di sana.
Kedua, aku harus siap kembali dengan sandiwara yang jujur saja mulai memuakkan. Setelah dua minggu di sini bersama Alby dan keluarganya, aku merasakan kenyamanan yang tidak biasa. Keluarga Alby menerimaku dengan baik, dan Alby sendiri–asal kalian tahu–tidak pernah berhenti menggodaku.
Setiap malam selama seminggu terakhir, Alby selalu memelukku saat tidur. Sebenarnya aku juga tidak tahu sejak kapan dia melakukannya. Saat akan tidur dia memang menjaga jarak, tetapi begitu aku bangun di pagi harinya, aku selalu berhadapan dengan wajahnya dan tangannya selalu berada di pinggangku.
And yet, aku tidak benar-benar membenci dia melakukan itu.
Aku baru selesai mandi, sementara Alby sudah siap dan sekarang berada di luar bersama yang lainnya. Namun, kopernya masih di sini. Sedangkan aku masih harus membereskan bawaan setelah ini. Alby tidak memberi tahu kalau kami akan pulang hari ini, dan aku juga lupa menghitung hari. Dia sudah siap dari kemarin, mengemas barang-barangnya ketika aku sedang menemani Susan belanja.
Sekarang aku harus menghadapi kesulitan terbesarku. Ada alasan kenapa aku lebih suka memakai kaus atau kemeja. Aku benci blus karena tidak selalu memiliki kancing di depan. Dan blus yang ingin kukenakan sekarang, memiliki ritsleting panjang di belakang. Aku ingin menggantinya dengan yang lain, tetapi tidak ada lagi yang berlengan panjang seperti blus merah ini. Ini akan menghabiskan waktu yang banyak.
Tanganku sudah lelah berkali-kali berusaha meraih pengait ritsleting. Ketika berhasil kudapatkan, aku justru tidak mampu menariknya. Pada akhirnya, aku menyerah dan terduduk diam di kasur sambil memikirkan siapa yang bisa kumintai tolong. Aku berharap Paula ada di sini, karena jika aku menelepon atau mengirim pesan padanya, aku yakin dia akan mengutus Alby untuk datang. Mungkin yang akan dia pikirkan adalah, kekasihmu sedang dalam kesulitan, sana bantu dia.
Ponselku sudah berada dalam genggaman, tetapi sebelum sempat menyalakannya, seseorang memanggil diiringi dengan suara ketukan pintu. Bagus, aku cukup beruntung pagi ini, kurasa.
Dan coba tebak siapa yang berada di hadapanku sekarang begitu pintu terbuka? Dia memberiku senyuman yang sebenarnya tidak cukup pantas kuterima. Karena aku sudah berbohong kepadanya, berpura-pura demi kesenangan putranya sendiri.
Oh, Susan, aku tidak bisa berhenti memuji betapa indahnya matamu. Alby tidak salah menuruninya darimu.
"Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."
Aku tersenyum dengan sudut bibir yang nyaris bergetar. Mom pasti juga akan mengatakan hal yang sama seandainya dia masih hidup.
"Aku baik, hanya memiliki sedikit kesulitan untuk berpakaian." Aku menaikkan bagian bahu blus ini agar tidak melorot dan berujung memamerkan tali braku. Sopankah berpenampilan seperti itu di depan wanita yang penuh dedikasi seperti Susan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Roman d'amour[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...