Bab 10

54 18 4
                                    

Vote dulu yuk, sebelum mulai baca!

Tami bangun di pagi hari dengan penuh semangat. Ia bahkan tersenyum sumringah karena mengingat ini adalah hari pertama ia mulai bekerja di kafe. Sambil meregangkan otot-ototnya, ia melirik jam yang terletak di atas nakas. Tami tiba-tiba saja melotot dan melompat dari atas kasur. "Gawat, gue telat!" teriaknya histeris.

Ia segera menyambar handuk dan baju ganti. Dengan terburu-buru ia masuk ke kamar mandi tanpa sadar jika ia menyalip Tama yang sudah berada di depan pintu kamar mandi. "Woy! Gak main serobot gitu juga, kali! Keluar gak lo!" Tama berteriak seraya menggedor pintu kamar mandi. Berharap wanita yang ada di dalam akan segera keluar karena tidak tahan mendengar gedoran dan teriakan Tama.

Dugaan Tama ternyata salah. Nyatanya Tami tidak peduli dengan gedoran dan teriakannya. Tami baru benar-benar keluar ketika ia telah menyelesaikan mandinya yang secepat kilat. Melihat Tami yang keluar kamar mandi tanpa rasa bersalah, membuat Tama semakin murka. "Heh! Jadi orang biasain antri. Jangan main serobot aja, gak pernah diajarin yah lo?" Mata Tama melotot saking kesalnya dengan kelakuan Tami.

"Maaf. Makanya, kalau buru-buru jalannya jangan kayak siput," jawabnya sambil berlalu masuk ke kamarnya tanpa peduli Tama yang masih berteriak marah di belakangnya.

Secepat kilat Tami mempersiapkan barang yang akan ia bawa ke dalam tas. Ia juga melupakan sarapannya di pagi itu. Setengah berlari ia keluar dari gerbang kos, bahkan saapn Sanusi saja ia hiraukan saking terburu-burunya. Hari itu Tami memiliki jadwal kuliah pagi dan ia tidak ingin terlambat, mengingat dosen yang akan mengajar terkenal galak dan tidak mentolerir keterlambatan.

Keberuntungan ternyata masih berada di pihak Tami, bus yang biasa ia naiki baru saja berhenti ketika ia baru sampai di halte. Tanpa pikira panjang, ia pun segela melompat naik dan duduk sambil menetralkan napasnya yang terengah-engah. Jika dahulu mungkin ia tidak perlu berlari demi mengejar bus seperti ini. Karena kemana pun Tami pergi, sudah supir yang siap mengantar dan menjemputnya.

Tami hanya bisa menghela napas panjang, ini semua karena semalam ia bersikeras mencoba semua alat make up yang ia beli. Seandainya saja semalam ia tidak memaksakan diri untuk belajar berdandan, mungkin ia tidak akan kesiangan seperti ini. Di banding meratapi kesiangannya, Tami memilih untuk berlari secepat yang ia bisa agar sampai ke ruang kelasnya ketika bus berhenti tepat di depan gerbang kampusnya. Begitu sampai di kelas, suasana justru terlihat sepi. Dahi Tami mengernyit bingung. " Lah pada kemana ini mahasiswa? Kok masih sepi?" gumam Tami seraya melihat jam di pergelangan tangannya.

"Udah jam delapan kenapa masih sepi yah?" tanya Tami sambil duduk di sebelah Fita yang tengah tidur dengan wajah tertelungkup di atas meja.

"Lo gak liat grup? Kan dosennya gak masuk," jawab Fita yang terdengar seperti gumaman. Buru-buru Tami mengecek ponselnya untuk memastikan apa yang diucapkan oleh Fita.

"Astaga, kalau tau si dosen gak masuk, gak bakalan gue lari kayak orang kesetanan." Tami pun berdecak kesal karena saking paniknya ia lupa mengecek ponselnya.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang