Ketika melihat punggung Tristan dan Romi yang hilang di balik pintu, barulah kedua wanita yang sedari tadi bersemamgat membicarakan Tristan itu bisa bernapas lega. Dira yang menyadari wajah Tami yang memucat, bukannya merasa iba malah menertawakannya, membuat mata Tami menatap wajah temannya dengan sebal. "Gara-gara lo, tuh. Kenapa gak kode sih, kalau ada Mas Tristan?" sembur Tami pada Dira, yang malah ditanggapi tawa Dira yang terbahak-bahak.
"Yah lo nya aja, awalnya sok sok gak peduli sama Mas Tristan, dipancing dikit malah lancar ngomong gitu. Lagian Mas Tristan juga masuknya tiba-tiba banget. Gak sempet gue kasih taunya, mana pas masuk muka gue yang paling kelihatan, jadi yah... gak bisa kode ke lo." Dira mencoba membela dirinya agar Tami tidak semakin marah pada wanita itu.
"Tau, ah," ucap Tami kesal sambil pergi menuju bak cucian untuk mencuci kotak bekalnya. Tami sepertinya harus berhati-hati lain kali agar tidak mudah terpancing oleh teman-temannya ini. Dasar temen laknat.
Melihat Tami yang masih kesal membuat Dira menjadi semangat menggoda wanita itu. "Yah elah, Mi. Jangan cemberut gitu dong. Kali aja setelah ini Mas Tristan jadi ada rasa sama lo," Dira berucap tanpa rasa bersalah. Setelah mengatakan hal itu, ia pergi meninggalkan Tami yang masih mencibir kesal kelakuan temannya itu. Bisa-bisanya ketawa diatas penderitaan temen sendiri.
Ketika Tami selesai mencuci kotak bekalnya, Romi tampak masuk ke dalam dapur dengan wajah sumringah, membuat Tami bertanya-tanya penasaran. Apa yang Romi bicarakan dengan Tristan. "Kenapa lo, Mas?"
"Gak apa-apa," jawab pria itu santai. "Eh iya, tadi Mas Tristan bilang, lo hari ini nemenin gue long shift. Karena si Shana gak masuk. Dia lagi jagain Nacita." Ucapan yang diutarakan Romi membuat bahu Tami merosot. Baru saja ia ingin pulang ke kos dan segera bertemu dengan kasurnya, namun seketika rencana itu semua buyar karena adanya panggilan long shift yang tidak bisa ia tolak.
"Tapi, Mas. Tadi si Mas Tristan ada singgung omongan gue yang tadi gak sih?" tanya Tami penasaran. Sungguh, ia sekarang merasa tidak enak dengan bosnya itu.
"Gak ada kok. Mas Tristan itu kalau ada masalah sama orang biasanya bakal ngomong langsung, Mi. Lagian dia kayaknya juga paham kalau kejadian tadi cuma becandaan aja," jelas Romi berusaha menenangkan Tami yang terlihat gusar.
Tami pun hanya bisa menghela napas panjang. Sebaiknya pura-pura gak tau aja deh. Toh gue juga gak tahu, si Mas Tristan dengar omongan gue apa gak.
Tami baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang ketika melihat sosok Nacita yang tampak merengut ketika memasuki kafe siang itu. Tami yang melihat itu, awalnya merasa penasaran, tetapi ia lebih memilih mengabaikan saja dan melangkah menuju ke arah Dera untuk menanyakan apakah temannya itu masih memerlukan bantuannya atau tidak, mengingat hari itu suasana kafe tengah ramai oleh pengunjung.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Chick-LitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...