Bab 11

44 15 4
                                    

Tap love and enjoy!!

Tama baru saja masuk ke dalam rumah ketika melihat Tami yang terburu-buru naik ke lantai atas. Pria itu memilih tidak peduli dan tidak mau tahu dengan apa yang sedang Tami lakukan. Keadaan rumah saat itu sedang sepi karena memang hari masih siang. Jika saja dosen mata kuliahnya tidak sedang berhalangan hadir, mungkin Tama akan kembali ke kos pada petang nanti.

Tama sebenarnya sama seperti pria lainnya yang suka bergaul dan berkumpul ketika jam kuliah telah usai. Namun untuk hari ini ia memilih pulang saja karena semalam ia kurang tidur karena mengerjakan tugas. Ketika kakinya berhasil menapaki anak tangga terakhir, dahi Tama sedikit berkerut ketika melihat Tami tengah sibuk membawa sebuah kursi ke dalam kamar mandi. Tapi seperti sebelumnya, Tama enggan untuk ikut campur apapun yang berkaitan dengan wanita. Sehingga ia memilih untuk tidak menghiraukan Tami dan masuk ke dalam kamarnya.

Tangan Tama baru saja akan menggapai knop pintu ketika Tami tanpa aba-aba sudah menariknya. Membuat Tama dengan refleks menepis sentuhan Tami itu. "Apaan sih!" tanya Tama dengan nada tinggi. Membuat keduanya sama-sama terkejut. Tami dengan hentakan tangan Tama dan teriakan pria itu. sementara Tama terkejut karena Tami tiba-tiba menyentuhnya.

"Sorry, sorry. Itu Tam. Lampu di kamar mandi mati. Gue mau minta tolong. Soalnya gue buru-buru mau pakai." Tami mencoba menjelaskan maksudnya kepada Tama. Ia juga merasa bersalah karena sudah membuat Tama terkejut dengan tiba-tiba menyentuh pria itu.

"Lo benerin aja sendiri." Tama memilih untuk tidak mau membantu Tami dan masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia melakukan itu untuk menutupi keterkejutannya. Belum lagi detak jantungnya yang terasa seperti berdegup dua kali lipat membuat dirinya salah tingkah dan berakhir menjadi kasar pada Tami.

Tami menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia lupa jika pria itu tidak akan pernah mau membantunya. Mungkin mulai saat ini Tami harus mengingat jika dia butuh pertolongan maka Tama adalah orang terakhir yang bisa ia mintai pertolongan. Karena akan sangat percuma, mengingat pria itu terlihat sangat tidak menyukai Tami.

Akhirnya wanita itu kembali ke kamar mandi untuk memperbaiki lampu di sana. Jika saja ada Pak Sanusi atau penghuni lain di kos saat ini. Ia pasti tidak akan mau meminta tolong pada pria itu. "Ini apa lampunya harus di ganti yah?" gumamnya pada diri sendiri. Ia pun kembali ke kamarnya untuk mengambil lampu yang baru.

Tidak lama kemudian Tami sudah kembali dengan lampu yang masih baru di tangannya. "Tapi naik sendiri bahaya gak sih? Mana gak ada yang pegangin kursinya." Tami kembali berbicara dengan dirinya sendiri. Jika saja toilet di bawah tidak sedang rusak. Mungkin ia akan memakai kamar mandi di lantai bawah.
Tami tidak punya pilihan lain, karena saat ini ia sedang terburu-buru. Sebentar lagi jadwal shiftnya bekerja agar segera ke kafe untuk bekerja, jadi mau tidak mau ia harus berusaha sendiri mengganti lampu yang tidak menyala di kamar mandi. Dengan memantapkan hari, Tami pun mencoba menaiki kursi yang sedari tadi ia bawa. Ia berpijak dengan sangat hati-hati.

Sementara itu di dalam kamar, Tama duduk diam di pinggir kasur. Setelah detak jantungnya dirasa normal, perasaan bersalah kini muncul di hatinya. Ia merasa tidak enak telah membentak Tami tadi. Tama memang bukanlah pria yang kasar. Sedari dahulu ia lebih cenderung menghindari wanita di bandingkan harus berinteraksi langsung. Entah mengapa tiap berkomunikasi dengan wanita nada bicara Tama selalu saja meninggi tanpa ia sengaja. Tama menyadari itu, tetapi kali ini Tami sedang dalam keadaan membutuhkan bantuannya dan ia malah membentak wanita itu. Jelas-jelas semua perilakunya tidak bisa dibenarkan dan itu entah mengapa mengganggunya.

Akhirnya setelah beberapa menit berdebat dengan dirinya sendiri, Tama pun mengalah. Ia beranjak keluar kamar, hendak meminta maaf pada Tami. Ketika berada di luar kamar, pria itu mendengar suara berisik dari dalam kamar mandi. Karena penasaran, ia pun berjalan mendekat ke arah ruangan itu dengan perasaan ingin tahu. Hingga ketika Tama berada tepat di depan kamar mandi, ia melihat Tami yang tengah kesusahan memasang lampu baru di kamar mandi.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang