Seperti hari-hari sebelumnya Tami, kini tengah disibukkan dengan pekerjaannya di kafe. Hingga ketika akan pulang, Tristan tiba-tiba saja memberikan informasi jika esok kafe akan di booking untuk acara pesta ulang tahun. Namun, bukan hanya itu saja informasinya. Pelayan kafe haruslah berdandan cantik dan tidak lupa mengenakan high heels sesuai request pelanggan, karena memang pelanggan kali ini spesial dan banyak maunya.
Tami yang mendengar hal itu otomatis bingung. Jika hanya diminta untuk memakai make up mungkin Tami masih bisa santai. Tetapi apa tadi katanya? High heels? Astaga Tami sangat anti menggunakan sepatu seperti itu. Terlebih ia tidak membawa sepatu seperti itu dari rumahnya. Untuk membeli pun Tami juga enggan karena hanya dikenakan sekali itu saja kan. Shana yang melihat gelagat Tami yang terkesan tidak nyaman sedikit penasaran. Ia pun menggeser tubuhnya agar lebih dekat ke arah Tami. "Kenapa lo?" tanya Shana tepat di samping telinga Tami.
"Gue gak punya heels, Shan, gimana yah?" tanya Tami dengan bahu merosot. Pada tanggal itu ia kebagian shift sore, sehingga otomatis ia akan full berada di acara itu sepanjang shiftnya.
"Tenang. Gue pinjemin." Shana menjawab kegalauan Tami dengan senyuman yang sulit Tami artikan.
" Serius? Boleh banget tuh. Baik banget sih kamu," jawab Tami dengan nada lega karena ia tidak perlu mengkhawatirkan sepatunya kali ini. Untuk urusan make up ia bisa menyerahkan hal itu pada Lulu.
"Iya dong. Tapi ada syaratnya." Kali ini Shana mengucapkannya dengan senyuman termanis yang pernah ia punya. Membuat Tami sedikit ragu dengan kata-katanya. Kok perasaan gue gak enak yah, pikir Tami.
"Apa tuh syaratnya? Jangan berat-beratlah," ucap Tami dengan suara memelas, yang paling tidak dengan cara ini Shana bisa sedikit memudahkan syarat yang akan wanita itu berikan.
"Gantiin shift pagi gue dong, pas di hari itu. Soalnya kan pas banget sama anniversary gue sama Dimas. Ya, ya?" Tuh kan, apa Tami bilang. Syaratnya berat kan. Ini sama saja Tami yang harus bertanggung jawab keseluruhan acara, karena di shift pagi harus bantu tim dapur untuk prepare makanan.
"Tapi, gue gak maksa loh, Mi. Kalau lo mau aja." Shana menepuk pundak Tami sebelum pergi berlalu begitu saja, meninggalkan Tami yang sedang menimbang-nimbang keputusan. Yah udah lah, emang gue punya pilihan lain? Mana ini tinggal besok juga acaranya. Gini amat nasib anak rantau.
Tami meninggalkan kosnya yang kini sudah sepi. Long weekend seperti ini biasanya digunakan oleh teman-temannya untuk pulang ke rumah mereka di bandingkan hanya berdiam diri di kos. Terkecuali Tami dan Derby. Pria itu beralasan long weekend kali ini ingin ia di kos saja, karena orang tuanya juga sedang tidak di rumah alasannya.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Chick-LitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...