Tami baru saja bangun dari tidurnya. Ketika melirik ke jam yang berada di nakas, terihat jika waktu masih terlalu pagi bagi Tami untuk bangun, mengingat hari ini adalah akhir pekan. Awalnya, Tami ingin melanjutkan tidurnya. Hanya saja entah mengapa rasa kantuk ya sudah hilang. Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke dapur dan menyiapkan sarapan. Ketika melihat isi kulkasnya, Tami teringat akan Tama. "Kayaknya sarapan bareng, oke juga," gumamnya.
Tani tersebyum puas melihat hasil masakannya. Setelah semua makanan ia masukkan ke dalam kotak. Tami pun segera mandi dan bersiap-siap. Ketika keluar rumah, udara di luar masih terasa dingin. Tak mau membuang waktu, Tami segera melajukan mobilnya ke apartment Tama. Perjalanan dari rumahnya ke apartment Tama hanya memakan waktu beberapa menit.
Sesampainya di depan pintu apartment pria itu, Tami segera memincat bel. Walaupun sudah diberi tahukan passwordnya, Tami tetap memilih untuk menunggu pria itu yang membuaka pintu. Namun, sudah berkali-kali dirinya memincat bel, nyatanya sosok yang ditunggu tidak juga muncul.
Akhirnya, Tami mencoba menekan sandi yang diberikan oleh Tama. Sedikit takjub, Tami seperti tidak percaya jika password yang Tama gunakan adalah tanggal lahirnya. Dasar pria gila.
Tami pun memasuki apartment Tama. Suasana hening langsung menyambutnya. Ketika masuk, ia sudah beberapa kali memanggil nama pria itu. Namun, sepertinya Tama tidak berada di rumah. Tami akhirnya memilih menduduki sofa yang ada di ruang televisi. Menurutnya menunggu Tama adalah pilihan yang tepat, dibanding memeriksa ruangan yang tidak ada pemiliknya.
Cukup lama Tami menunggu, hingga sebuah suara pintu yang terbuka, membuat atensi Tami teralih. Tama masuk ke dalam apartment. Baru Tami akan menyapa dari balik sofa yang ia duduki, pemandangan Tama yang melepaskan kaosnya langsung menjadi prmandangan yang membuat Tami terdiam seketika. Bagaimana kulit Tama yang putih bersih, terlihat berkilat oleh keringat. Mungkin pria itu baru saja selesai berolah raga.
Tama yang tidak menyadari kehadiran Tami, nampak santai saja berjalan menuju area dapur untuk mengambil minum. Tubuh Tami yang memang setengah tertidur di sofa, membuatnya tidak begitu terlihat oleh Tama yang memang membelakangi ruang TV. Tama baru menyadari jika ada seseorang, ketika ia melihat kotak bekal yang Tami tinggalkan di dapur apartment. Melihat itu, Tama segera menoleh ke arah sofa di ruang TV dan terkejut ketika melihat Tami yang tengah melongo melihat tubuhnya. Bahkan saking terkejutnyabia sampai menyemburkan air yang tengah ia minum.
"Astaga, Tami!" ucapnya refleks dan buru-buru masuk ke dalam kamar, meninggalkan Tami yang masih diam terpaku di tempatnya.
Di dalam kamar, wajah Tama tampak memerah. Degup jantungnya pun berdetak kencang. Butuh waktu beberapa menit untuk membuat dirinya tenang. Hingga kemudian ia mandi untuk sebelum menemui Tami. "Maaf, gue ngagetin lo, tadi," ucap Tami seraya meringis ketika Tama keluar dari kamarnya.
Melihat wajah Tami yang meringis karena bersalah, bukan malah membuat Tama marah karena wanita itu masuk ke dalam apartmentnya tanpa bersuara. Tetapi, Tama justru membuat pria itu gugup. "Ga-gak apa-apa kok. Maaf, gua gak sadar kalau lo udah datang. Gue kira lo bakalan datang siang." Tama berjalan kikuk mendekat ke arah Tami.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...