Bab 25

25 7 3
                                    


Tama bangun pagi-pagi sekali di kala langit masih gelap dan matahari belum mulai beranjak dari peraduannya. Ini memang jadi kebiasaan yang Tama lakukan jika ia tengah berada di gunung. Ia sangat suka melihat matahari terbit. Seperti melihat pemandangan indah yang sangat langka. Ia keluar dari tenda dan suasana di luar sudah ada beberap orang yang juga sedang menunggu pagi.

Tampak olehnya sesosok wanita mengenakan jaket tebal membawa segelas minuman hangat yang masih mengepul uapnya. Awalnya ia ingin berdiri jauh dari wanita itu. Tetapi ada perasaan penasaran yang menghampirinya. Tama sungguh penasaran bagaimana semua teman-teman kosnya bisa sangat akrab dengan wanita itu. Bahkan kedekatan Derby dan Randu pada Tami sudah selayaknya keluarga. Bahkan Didam yang cenderung kaku pun bisa dengan akrab berbicara dengannya.

Hanya Tama sepertinya yang jarang berinteraksi dengan wanita itu. Setelah insiden iabmemeluk Tami tanpa sengaja beberapa waktu lalu, memang hubungan mereka sudah membaik. Tama bahkan sudah bisa berbicara dengan wanita itu. Hanya saja hubungan mereka belum bisa dikatakan akrab. Seakan ada dinding yang Tama buat sendiri agar Tami tidak berjalan jauh ke dalam hidup Tama. Pria itu kerap kali berprasangka buruk pada Tami.

Wanita itu terlihat ceria di hadapan semua orang. Tetapi entah mengapa Tama tidak melihat itu pada beberapa kesempatan ia berpapasan dengan Tami. Wanita itu seperti punya sisi yang berbeda dengan apa yang ia tunjukkan. Seperti ketika ia menatap kosong tayang televisi tempo hari lalu. Ia beralasan jika ia kelelahan dan mengantuk. Nyatanya wanita itubmenagis semalaman.

Atau ketika teman-teman mencoba menantang Tami untuk bisa membuat Tama mau bersentuhan secara fisik dengannya, nyatanya ketika Tama pada akhirnya memeluknya dengan tidak sengaja, wanita itu justru menunjukkan sikap permusuhan padanya. Alasan inilah yang selalu membuat Tama berhati-hati untuk tidak terlalu dekat dengan Tami. Ia takut Tami sama seperti wanita-wanita yang pernah hadir dalam hidupnya. Wanita yang penuh siasat, terlihat baik tetapi akhirnya akan menyakitinya.

Sepertinya Tama harus waspada dan waspada paling baik adalah dengan berteman dengan Tami agar tahu seperti apa rupa asli Tami. Seperti saat ini, Tami memilih duduk termenung sendirian. Menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Tama sengaja duduk tepat di samping wanita itu. Dari jarak sedekat itu Tama dapat melihat sorot mata kesepian dari tatapan Tami. Bahkan wanita itu tidak sadar jika Tama sudah duduk di sampingnya dan memperhatikannya. Hingga cukup lama, Tami baru menyadari jika Tama ada di sebelahnya.

"Tama, ih. Ngagetin aja." Tami tampak terkejut ketika menyadari Tama sudah duduk santai di sampingnya.

"Lo aja yang bengong dari tadi. Awas bengong malem-malem gini bisa bikin lo kesambet," ujar Tama dengan wajah datarnya.

"Dih, nyumpahin. Sekalinya ngomong sama gue malah ngajak ribut." Tami nampak mencibir apa yang diucapkan Tama tadi dengan ekspresi kesal. Mereka memang jarang berkomunikasi dan sekalinya berkomunikasi hiasanya tidak berakhir baik.

"Tumben banget lo jam segini udah beredar. Biasanya juga masih ngorok di kamar," ucap Tama tanpa sadar. Membuat Tami menengok ke arahnya dengan pandangan tidak percaya.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang