Bab 7

52 20 19
                                    

Vote dulu yuk! Jangan pelit pelit dong

Tami pulang dengan wajah sumringah. Sepanjang perjalanan pulang dari kafe, Tami tak henti-hentinya tersenyum. Bahkan ketika melihat motor Tama melaju mendahuluinya saja tidak membuat ia menggerutu kesal seperti biasanya. Ini semua berkat Dimas. Pria itu sudah membantu Tami keluar dari masalahnya, yah walaupun sebenarnya lelaki itu mendapatkan untung dari saran yang ia berikan pada Tami, tetapi tetap saja ia harus berterima kasih pada pria yang saat ini sedang kencan dengan sang pujaan hati.

Intinya Tami merasa bahagia hari ini. Ia bahkan tidak sadar bersenandung dalam perjalanan menuju tempat kosnya. Kesenangan Tami terusik ketika bunyi klakson kendaraan yang ada di belakangnya terdengar nyaring. Bunyinya seolah mencoba menarik perhatian Tami untuk menengok ke arah si pengemudi. Perasaan gue udah jalan di pinggir deh. Kenapa masih diklakson aja sih? Tami kira si pengendara membunyikan klakson, karena ia menghalangi laju kendaraan orang tersebut. Tetapi nyatanya, jelas-jelas Tami berjalan di trotoar, jadi tidak mungkinkan ia menggagu jalan milik pengendara itu.

Tami tetap berjalan santai, berusaha tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya tanpa menoleh. Namun, si pemilik kendaraan ternyata lebih keras kepala dari pada Tami. Orang itu masih saja menekan klaksonnya, membuat Tami benar-benar merasa terganggu. Ini orang kenapa ngikutin gue yah? Apa jangan-jangan dia mau jahat sama gue?, pikir Tami karena merasa ada yang janggal dari si pengendara di belakangnya itu.

Ia pun memutuskan untuk melangkah semakin cepat, hingga Tami sadar, ia harus melewati sebuah komplek yang agak sepi. Sementara, kendaraan di belakangnya itu masih saja membuntutinya, membuat Tami merinding ketakutan. Tanpa aba-aba, ia pun berteriak, "Ayah! Tami takut," ucapnya kencang seraya berlari agar bisa kabur dari orang yang menguntitnya.

Tami mengira orang yang sedari tadi mengklaksonnya itu berniat jahat. Terlebih, kendaraan itu masih saja mengikutinya. Ia mengira pasti orang itu memiliki maksud jahat padanya. Sehingga ketika Tami melewati jalanan yang bisa dibilang sepi dan gelap, membuat ia refleks berteriak dan berlari sekencang yang ia bisa.

Tami baru bisa tenang ketika sudah berada di depan pagar kosnya. Dengan tergesa-gesa ia membuka pintu pagar dan segera masuk. Ketingat membasahi tubuhnya hingga bajunya lepek. Dengan napas terengah-engah, Tami duduk di kursi yang berada di pos security. Ia mendudukkan tubuhnya yang lemas di atas kursi milik Sanusi. Pria itu sedikit bingung melihat keadaan penghuni kos milik Yayuk tersebut. Keadaan Tami yang berantakan, memancing rasa ingin tahunya.

"Mba kenapa? Kok ngos-ngosan gitu?" Tanya Sanusi bingung dengan penampilan Tami yang acak-cakan, belum lagi keringat yang mengalir di dahi wanita itu.

"Ada yang ngikutin saya, Pak. Saya takut dia berniat jahat sama saya," jawab Tami terbata-bata karena napasnya yang masih tersengal-sengal.

"Ngikutin? Mana sini Mba orangnya. Berani-beraninya, kalau emang berani sini hadapin Sanusi," ucap Sanusi sambil keluar pagar melihat keadaan, mungkin orang yang tadi Tami ceritakan masih berada di sekitar kosan.

"Eh, Mas Randu. Mas liat ada orang yang kejar Mba Tami gak?" tanya Sanusi pada Randu yang baru saja sampai di kosan.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang